Wacana Presiden 3 Periode Bak Dramaturgi, Pengamat: Jokowi, di Depan Menolak di Belakang Ingin
Presiden Joko Widodo (Youtube Setpres)

Bagikan:

JAKARTA - Pakar komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menyoroti sikap Joko Widodo (Jokowi) soal dan relawan Seknas Jokowi-Prabowo atau Jok-Pro 2024 terkait wacana jabatan presiden 3 periode.

Presiden Jokowi sudah berulang kali menolak wacana tersebut. Tapi sebaliknya, Seknas Jokpro justru makin getol mengkampanyekannya.

Jamiluddin menilai kampanye tersebut malah menimbulkan spekulasi seolah-olah wacana jabatan presiden 3 periode mendapat restu dari Jokowi. Jokowi pun belum memberikan pernyataan tegas terhadap dukungan itu.

"Spekulasi ini makin berkembang mengingat saat ini belum ada teguran langsung dari Jokowi terhadap sepak terjang Seknas JakPro 2024," ujar Jamiluddin, Senin, 28 Juni.

Dia menganalogikan wacana jabatan presiden 3 periode seperti layaknya drama dalam teori Dramaturgi. Dimana, manusia sebagai aktor drama kerap kali menampilkan dirinya yang berbeda pada panggung belakang dan panggung depan.

"Pada panggung depan, sang aktor bisa saja menyatakan menolak wacana presiden 3 periode. Sementara pada panggung belakang yang bersangkutan justru menginginkannya," kata Jamiluddin.

Hal tersebut, tambahnya, bisa terjadi lantaran dalam sebagian budaya Indonesia, seseorang dinilai tidak baik bila mengajukan diri sebagai pemimpin. 

"Orang seperti ini dinilai sosok ambisius. Sosok seperti ini dinilai berbahaya dan karenanya tidak layak dijadikan pemimpin," kata Jamiluddin.

Diketahui, mayoritas kalangan menolak wacana masa jabatan 3 periode presiden. Sebab, hal itu merupakan kemunduran demokrasi seperti orde baru. 

Serta melanggar konstitusi UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan sayang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.