Penyingkiran Pegawai KPK Disebut Novel Baswedan Operasi Intelijen
DOK ANTARA/Novel Baswedan

Bagikan:

JAKARTA - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menduga pelaksanaan Asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) adalah operasi intelijen untuk menyingkirkan pegawai yang berintegritas.

Apalagi, dalam prosesnya terdapat banyak kejanggalan dan hasil TWK itu disebut sebagai rahasia negara sehingga tidak bisa dibuka.

"Ini banyak sekali hal yang bermasalah dan kejanggalannya sudah sangat nyata. Dan kalau dikatakan bahwa ini rahasia atau rahasia negara, pertanyaannya tadi. Kalau ini adalah suatu operasi intelijen," kata Novel dalam diskusi daring yang digelar Kamis, 24 Juni.

Adapun kerahasiaan hasil TWK ini pernah disampaikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana usai diperiksa Komnas HAM pada Selasa, 22 Juni lalu. Dia mengatakan sejak awal lembaganya tak memiliki hasil tes masing-masing pegawai KPK.

Alasannya, seluruh lembaga yang terkait dalam proses TWK memberikannya secara akumulasi. Adapun data tersebut berada di Dinas Psikologi Angkatan Darat serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan bersifat rahasia atau tak bisa sembarangan diumumkan ke publik.

Kembali ke Novel. Dirinya lantas mempertanyakan siapa pihak yang mengorder agar puluhan pegawai yang telah bekerja secara profesional dipecat dari KPK. Mengingat, tes tersebut adalah syarat untuk alih status pegawai menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Kami di KPK tidak sedang untuk naik pangkat, tidak mengganggu jabatan," tegasnya.

Dirinya juga mempersoalkan profiling terhadap para pegawai KPK secara mendalam bahkan hingga mendatangi kediaman sejumlah pegawai. Menurutnya, di berbagai asesmen yang pernah dia ikuti tak pernah ada profiling seperti pada proses TWK.

"Saya sering mengikuti suatu proses seleksi yang di sana ada assessment dan nggak ada namanya assessment atau atau tes apapun itu ada profile," ungkapnya.

Sehingga, penyidik ini menduga penyingkiran pegawai KPK terutama mereka yang mengusut kasus besar adalah operasi intelijen.

"Saya khawatir (ini, red) kong kalikong yang luar biasa. Kalau memang itu operasi intelijen maka apakah boleh ada operasi intelijen yang dilakukan untuk menyingkirkan orang-orang yang bekerja baik? Ini yang berbahaya dan saya kira ini enggak boleh dibiarkan," ujarnya.

"Kita khawatir ke depan orang-orang baik di tempat-tempat lain, di Kementerian atau lembaga lain atau situasi tertentu itu akan diperlakukan yang sama oleh orang-orang yang punya kepentingan seperti ini, ini yang berbahaya," pungkasnya.