Protes Tenaga Medis di Afghanistan Tak Digaji Tiga Bulan di Tengah Pandemi
Ilustrasi foto (United Nations/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Peran tenaga medis menahan laju penyebaran COVID-19 sungguh vital. Karenanya, dukungan dalam ragam bentuk turut berdatangan demi memfasilitasi kenyamanan dan keamaan mereka bertugas. Namun, ironi justru terjadi di Afghanistan, di mana para tenaga medis yang seharusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah, malah belum menerima gaji selama tiga bulan.

Alhasil, dua ratus lebih tenaga medis melakukan aksi protes di Kota Herat, Afganistan Barat, pada Selasa, 19 Mei. Mereka menuntut pemerintah segera membayar gaji yang sudah menjadi hak. Apalagi, selama beberapa bulan ke belakang, tenaga medis telah berjuang penuh menghadapi COVID-19 dengan alat pengujian dan alat pelindung diri (APD) seadanya.

Melansir Reuters, salah seorang dokter yang ikut dalam aksi protes Abdul Rauf Rahimi, mengungkap pemerintah seharusnya lebih peduli terhadap nasib tenaga medis. Terutama, yang bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19.

“Kami telah mempertaruhkan hidup kami untuk menyelamatkan orang, banyak dokter juga terinfeksi. Pemerintah setidaknya harus menghormati kami dan membayar gaji kami tepat waktu,” ucapnya.

Tak hanya itu, Rahimi juga menambahkan pembayaran gaji yang tepat waktu merupakan langkah terbaik supaya seluruh pasien yang dirawat dapat tertangani dengan baik. Karenanya, pemerintah diharapkan tak menunda-nunda pembayaran yang nantinya dapat memperlambat pelayanan kesehatan.

Protes tersebut sungguh beralasan. Sebab, saat ini hampir ratusan dokter dan staf kesehatan lain di Ibu Kota Afghanistan, Kabul telah dinyatakan positif COVID-19. Atas dasar itu, para dokter menyarankan beberapa pasien dengan gejala COVID-19 ringan untuk isolasi mandiri di rumah.

Tak mengunggu lama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan Ahmad Tawhid Shukohmand pun angkat bicara. Dirinya mengatakan bahwa pemerintah telah mendengar tuntutan dari tenaga medis.

“Kami sangat membutuhkan dokter dan petugas kesehatan dan dalam beberapa hari gaji mereka akan dibayarkan. Kami sedang serius mengerjakan ini.”

Sejauh ini Afganistan telah mengonfirmasi 7.653 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 178 kasus meninggal dunia.