Pandemi COVID-19 Buka Peluang Penerapan Salary Cap dalam Sepak Bola

JAKARTA - Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, termasuk pandemi COVID-19. Krisis ini ternyata memberi kesempatan kepada dunia sepak bola untuk melakukan reformasi untuk masa depan, khususnya terkait pembatasan gaji pemain.

Presiden Federasi Sepak bola Jerman (DFB) Fritz Keller mengajukan rencana penerapan salary cap atau batasan gaji di Liga Jerman untuk membantu keberlangsungan sepak bola.

"Kita harus membawa sepak bola profesional kembali dekat kepada masyarakat. Kita harus memikirkan salary cap," kata Keller seperti dikutip laman resmi DFB.

"Komisi-komisi untuk para penasehat pemain dan nilai transfer yang besar semakin menjengkelkan masyarakat dan memisahkannya dari olahraga yang kita cintai ini," tambahnya.

Salary cap merupakan batasan gaji yang harus dipatuhi para klub peserta kompetisi. Sebagai contoh, pada kompetisi bola basket NBA, batasan gaji maksimal adalah sebesar 49 sampai 51 persen pendapatan tahunan.

Ia menambahkan, sepak bola Jerman perlu melakukan kritik mandiri, dan krisis akibat COVID-19 telah menawarkan kesempatan untuk melihat ke depan dan mereposisi sepak bola agar dapat menjaganya demi generasi yang akan datang.

Selain itu, bagi Keller, kapasitas tes COVID-19 di sepak bola dapat membantu masyarakat secara umum.

"Saya melihat sepak bola memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi... Pencegahan dan tes-tes skala besar dapat membantu menahan penyebaran virus sampai vaksinnya dikembangkan," yakinnya.

"Politik dan sains mestinya memilih untuk melakukan tes-tes pencegahan, di sana sepak bola akan melakukan kontribusinya dengan pendekatan ini, dengan kekuatan, popularitas, logistik, dan infrastruktur yang luar biasa," tutup eks presiden SC Freiburg itu.

Liga Jerman menjadi satu-satunya kompetisi papan atas Eropa yang dilanjutkan setelah ditangguhkan dua bulan lalu akibat pandemi COVID-19. Matchday 26 Bundesliga kembali bergulir sejak Sabtu kemarin.