JAKARTA - Salah satu relawan yang menerima uji coba vaksin COVID-19 memiliki hasil awal yang positif. Hal tersebut disampaikan langsung oleh sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), yaitu Moderna, yang juga bermitra dengan National Institutes of Health.
Dilansir CNN, Selasa, 19 Mei, jika studi selanjutnya berjalan dengan baik, vaksin ini dapat tersedia untuk umum pada awal Januari 2021, kata Dr. Tal Zaks, kepala petugas medis Moderna. "Ini benar-benar berita baik dan berita yang kami pikir telah ditunggu selama beberapa waktu," kata Zaks.
Data awal ini berasal dari uji klinis Fase 1, yang biasanya mempelajari sejumlah kecil orang dan berfokus pada apakah vaksin itu aman dan memunculkan respons kekebalan. Hasil penelitian ini belum ditinjau atau dipublikasikan oleh jurnal medis.
Moderna merupakan satu dari delapan pengembang vaksin di seluruh dunia yang melakukan uji klinis manusia dengan vaksin melawan virus corona baru, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Perusahaan lainnya yang diketahui tengah mengembangkan vaksin adalah Pfizer dan Inovio.
Moderna telah memvaksinasi lusinan relawan penelitian dan telah mengukur antibodi delapan orang di antaranya. Kedelapan orang tersebut terbukti mengembangkan antibodi penawar terhadap virus pada tingkat yang mencapai atau melebihi tingkat orang yang secara alami pulih dari COVID-19.
"Kami telah menunjukkan bahwa antibodi ini, respons kekebalan ini, sebenarnya dapat memblokir virus. Saya pikir ini adalah langkah pertama yang sangat penting dalam perjalanan kami menuju penemuan vaksin," kata Zaks.
Seorang spesialis vaksin yang tidak terlibat dalam uji coba yang dilakukan Moderna mengatakan hasil penelitian perusahaan itu luar biasa. "Ini menunjukkan bahwa antibodi tidak hanya berikatan dengan virus, tetapi juga mencegah virus menginfeksi sel," kata Dr. Paul Offit.
Meskipun vaksin ini memiliki hasil yang menjanjikan saat pengujian di laboratorium, tidak diketahui apakah itu akan berhasil terhadap orang secara luas. Departemen Makanan dan Obat-obatan AS telah memberikan izin perusahaan untuk memulai uji coba Fase 2, yang biasanya melibatkan beberapa ratus orang.
Pihak Moderna berencana untuk memulai uji klinis skala besar, yang dikenal sebagai uji coba fase 3, pada Juli. Fase 3 biasanya melibatkan puluhan ribu orang.
Offit mengatakan, sebelum pandemi, pengembang vaksin biasanya akan menguji produk mereka pada ribuan orang sebelum pindah ke Fase 3, tetapi mengatakan Moderna "sangat tidak mungkin" telah memvaksinasi sebanyak itu, karena mereka baru memvaksinasi beberapa orang sejauh ini.
Dr Offit juga mengatakan bahwa masuk akal bagi Moderna untuk pindah ke Fase 3 tanpa memvaksinasi banyak orang, mengingat saat ini sedang diburu waktu dan melihat banyaknya orang yang meninggal akibat COVID-19 setiap harinya.
Distribusi
Pada Januari, Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional untuk Penyakit Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan akan memakan waktu sekitar 12 hingga 18 bulan untuk menyebar vaksin secara umum.
Zaks mengatakan dia setuju dengan perkiraan itu, mengingat Moderna diperkirakan akan berhasil menempatkan tanggal pengiriman di setiap daerah antara Januari dan Juni 2021.
Dalam studi Moderna, tiga peserta memiliki demam dan gejala mirip flu lainnya ketika mereka menerima vaksin dengan dosis 250 mikrogram. Moderna mengantisipasi studi Fase 3 dengan memberikan dosis antara 25 dan 100 mikrogram.
BACA JUGA:
Sejauh ini, subjek penelitian Moderna yang divaksinasi dengan dosis 25 dan 100 mikrogram mencapai tingkat antibodi yang serupa atau bahkan lebih tinggi daripada orang yang secara alami terinfeksi dengan virus corona.
"Kita harus melakukan uji efikasi formal di mana memvaksinasi banyak orang banyak dan kemudian kami akan memantau mereka selama berbulan-bulan berikutnya untuk memastikan mereka tidak sakit," tutup Zaks.