JAKARTA - Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat sekaligus salah satu produsen vaksin COVID-19 Moderna, disebut telah memilih Korea Selatan sebagai basisnya untuk memproduksi vaksin COVID-19 bagi negara-negara Asia, menurut berbagai sumber pemerintah, Rabu 12 Mei.
Melansir Koreatimes, Rabu 12 Mei, langkah ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran tentang pengamanan pasokan vaksin COVID-19 yang memadai, untuk seluruh warga Korea Selatan yang memenuhi persyaratan vaksinasi.
"Moderna baru-baru ini menyatakan niatnya untuk membeli tanah di Pulau Yeongjong, satu jam dari Bandara Internasional Incheon dan CEO-nya Stephane Bancel diperkirakan akan mengunjungi Cheong Wa Dae paling cepat akhir pekan ini atau paling lambat 18 Mei," ujar pejabat pemerintah sambil meminta anonimitas.
Pejabat lain mendukung pernyataan yang mengatakan, kunjungan CEO Moderna dapat dilanjutkan karena kepentingan kedua belah pihak sejalan.
"Moderna menganggap fasilitas produksi vaksinnya di Amerika Serikat tidak mencukupi untuk memasok vaksin COVID-19 di seluruh Asia. Dan karenanya berusaha meningkatkan kemampuan manufakturnya. Niat perusahaan tersebut sejalan dengan rencana Presiden Moon Jae-in untuk menjadikan Korea sebagai pusat produksivaksin COVID-19 di Asia," papar pejabat tersebut.
Sebagai produsen vaksin COVID-19, Moderna menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin menciptakan protein lonjakan yang mirip dengan yang ada di permukaan virus corona yang menyebabkan penyakit, untuk memicu respons kekebalan pada orang yang divaksinasi dan produksi antibodi.
Saat ini, terdapat dua vaksin yang menggunakan teknologi mRNA, yakni Moderna dan Pfizer, yang diketahui memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada vaksin lain yang diproduksi dengan menggunakan metode standar.
Karena Korea Selatan hanya mengandalkan impor vaksin, kekhawatiran telah dikemukakan tentang pengamanan vaksin mRNA yang cukup. Pada Desember 2020, pemerintah menandatangani kontrak dengan Moderna untuk mendapatkan vaksin yang cukup untuk menginokulasi 20 juta orang hingga Juni mendatang.
Pejabat pemerintah kedua juga mengklaim, Moderna akan menginvestasikan beberapa miliar dolar untuk membangun pabriknya sendiri Negeri Ginseng, mengingat banyak hambatan untuk mentransfer teknologi mRNA ke perusahaan dalam negeri.
"Bioteknologi Korea tertinggal dari negara-negara maju dan tidak ada perusahaan domestik yang memiliki pengalaman untuk mengembangkan vaksin menggunakan teknologi mRNA. Ini berarti tidak ada perusahaan lokal dengan fasilitas dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Moderna," tambah pejabat tersebut.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, vaksin mRNA COVID-19 Moderna sedang menjalani prosedur peninjauan lisensi di sini. Pada 10 Mei, panel di bawah Kementerian Keamanan Makanan dan Obat mengatakan, vaksin perusahaan menunjukkan tingkat kemanjuran lebih dari 94 persen dan memenuhi syarat untuk digunakan.
Peninjauan panel adalah langkah pertama dalam tiga evaluasi sebelum kementerian memberikan persetujuan akhir. Hasil data uji klinis pada 28.207 peserta menunjukkan, vaksin itu memiliki kemanjuran 94,1 persen dalam mencegah COVID-19.