JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan dukungannya di balik pengabaian hak kekayaan intelektual atau paten untuk vaksin COVID-19. Tindakan yang didukung lebih dari 100 negara, namun membuat marah perusahaan farmasi.
Sikap Presiden Joe Biden yang mendukung pengabaian sementara ini, diikuti dengan cepat oleh Kepala Negosisasi Perdagangan Katherine Tai, yang menyebut kondisi saat ini sebagai keadaan luar biasa.
"Ini adalah krisis kesehatan global, dan keadaan luar biasa dari pandemi COVID-19 membutuhkan tindakan luar biasa," kata Tai dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, Kamis 6 Mei.
Langkah Presiden Biden mendapat pujian dari Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang menyebutnya sebagai 'Momen Monumental Dalam Perang Melawan #COVID19' di Twitter.
Seiring dengan dukungan Presiden Joe Biden, saham sejumlah produsen vaksin COVID-19 anjlok, di mana dua pembuat vaksin COVID-19 terbesar berasal dari Amerika Serikat, yakni Moderna Inc., dan Pfizer Inc.
Tai mengatakan, Amerika Serikat akan berpartisipasi dalam negosiasi berbasis teks di WTO, untuk memastikan pengabaian bisa terjadi, tetapi memperingatkan bahwa perundingan itu akan memakan waktu.
Amerika Serikat dan beberapa negara lain sebelumnya memblokir negosiasi di WTO tentang proposal pengabaian yang dipimpin oleh India dan Afrika Selatan, yang bertujuan membantu negara-negara berkembang memproduksi vaksin COVID-19 menggunakan IP perusahaan farmasi.
"Administrasi sangat percaya pada perlindungan kekayaan intelektual, tetapi dalam layanan untuk mengakhiri pandemi ini, mendukung pengabaian perlindungan tersebut untuk vaksin COVID-19," urainya.
Sementara itu, Federasi Produsen dan Asosiasi Farmasi Internasional (IFPMA) yang berbasis di Jenewa, Swiss menyatakan, dukungan Presiden Joe Biden untuk menyampingkan hak paten vaksin COVID-19 adalah jawaban yang salah untuk masalah yang kompleks. Dan, menyerukan lebih banyak perjanjian transfer teknologi.
"Pengabaian paten vaksin COVID-19 tidak akan meningkatkan produksi atau memberikan solusi praktis yang diperlukan untuk memerangi krisis kesehatan global ini. Sebaliknya, kemungkinan besar kemungkinan untuk menyebabkan gangguan," terang IFPMA yang mewakili perusahaan farmasi berbasis penelitian dalam pernyataannya.
BACA JUGA:
"Tantangan sebenarnya adalah hambatan perdagangan, kemacetan dalam rantai pasokan, kelangkaan bahan mentah, dan kesediaan negara-negara kaya untuk mulai berbagi dosis dengan negara-negara miskin," lanjut pernyataan tersebut.
Terpisah, Amesh Adalja, pakar senior di Johns Hopkins Center for Health Security mengatakan, "Pengabaian paten sama dengan pengambilalihan properti perusahaan farmasi yang inovasi dan investasi finansialnya memungkinkan pengembangan vaksin COVID-19".