Keras! Presiden Biden Ancam Buru Pengedar Senjata Ilegal
Presiden Joe Biden. (Wikimedia Commons/Gage Skidmore)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji pada Hari Rabu untuk mengejar pengedar senjata ilegal, meningkatkan pendanaan federal dan dukungan untuk penegakan hukum seiring dengan lonjakan pembunuhan di kota-kota besar.

"Pedagang kematian melanggar hukum demi keuntungan. Pemerintah tidak akan pengedar senjata api nakal yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum federal," terang Presiden Joe Biden seperti mengutip Reuters Kamis 24 Juni. 

Presiden Biden lebih jauh menerangkan, pemerintah juga akan membantu negara bagian mempekerjakan lebih banyak petugas polisi, menggunakan dana yang telah disetujui untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.

“Pesan saya kepada Anda, kami akan memburu dan menemukan Anda, mengambil 'lisensi' Anda, memastikan Anda tidak dapat menjual kematian dan kekacauan di jalan-jalan kami," tegas Biden.

Didampingi Jaksa Agung Merrick Garland, Presiden Biden menyebut pemerintah akan memperkuat upaya Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak (ATF) untuk menghentikan perdagangan senjata ilegal di seluruh negara bagian.

Ilustrasi toko senjata
Ilustrasi toko senjata di Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/Cimmerian praetor)

Pada bulan April, Biden menandatangani perintah eksekutif yang meminta Departemen Kehakiman (DOJ) untuk menindak "senjata hantu" yang dirakit sendiri. Perintah semacam itu memungkinkan Biden untuk bertindak cepat tanpa menunggu Kongres, di mana Partai Demokrat memegang mayoritas tipis dan Partai Republik umumnya menentang rencana pengendalian dan pembatasan senjata.

Hak senjata yang dilindungi oleh Amandemen Kedua Konstitusi AS, adalah salah satu masalah politik paling sulit di Amerika, di mana tingkat kematian senjata melebihi negara-negara kaya lainnya.

Pada tahun 2020, pembunuhan di kota-kota besar AS naik 30 persen dari tahun sebelumnya, sementara serangan bersenjata naik 8 persen dengan tingkat tercepat di kota-kota besar, termasuk Chicago dan Houston, kata Gedung Putih, mengutip sebuah laporan oleh kelompok riset nonpartisan Dewan Peradilan Pidana.

Kendati demikian, secara keseluruhan angka nasional masih jauh di bawah rata-rata nasional pada tahun 1970-an atau 1980-an.

Untuk diketahui, tahun ini, 20.989 orang Amerika Serikat meninggal karena kekerasan senjata hingga 23 Juni, lebih dari setengahnya karena bunuh diri, menurut Arsip Kekerasan Senjata, sebuah kelompok penelitian.

Penjualan senjata di AS melonjak pada tahun 2020 selama pandemi virus corona, di tengah kerusuhan sosial atas pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam dan pemilihan presiden.