Presiden Biden Terus Rayu Warga AS Agar Mau Divaksin COVID-19
Vaksin Pfizer. (wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris meminta warga Amerika Serikat (AS) agar mau disuntik vaksin COVID-19. Mengingat target penerimaan dosis vaksin akan meleset dari target pada 4 Juli mendatang.

"Bertindak sekarang, bertindak sekarang," kata Biden dalam sambutannya di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, 19 Juni. 

Terlebih kematian dan rawat inap berkurang drastis di tempat-tempat orang mendapatkan vaksinasi. "Angka kematian dan rawat inap benar-benar meningkat di beberapa tempat."

Sejatinya AS menargetkan 70 persen orang dewasa telah menerima vaksin COVID-19 pada 4 Juli atau bertepatan di Hari Kemerdekaan Amerika Serikat. Namun hingga saat ini baru 65,1 persen orang yang telah mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.

Untuk mencapai target, AS harus membukukan kecepatan laju vaksinasi lebih dari dua kali lipat selama dua minggu ke depan. Gedung Putih belum berkomentar tentang kemungkinan kehilangan target 70 persen orang dewasa harus menerima satu dosis vaksin pada 4 Juli.

Saat ini, hanya 15 negara bagian dan Washington, D.C. yang telah mencapai tingkat itu. Data pemerintah AS juga menunjukkan kesenjangan politik.

Negara-negara bagian yang dimenangkan oleh mantan Presiden Donald Trump tertinggal jauh di belakang dalam tingkat vaksinasi daripada yang dimenangkan oleh Biden.

“Ketika Anda mendapatkan vaksin untuk diri Anda sendiri, itu berarti Anda tidak mungkin menularkannya kepada orang lain secara umum karena Anda kemungkinan tidak akan terkena COVID,” kata Harris di Gereja Baptis Ebenezer.

"Bukankah itu perpanjangan dari kasih kepada sesamamu?" katanya, yang ditanggapi oleh beberapa hadirin, "Amin!"

Amerika Serikat telah memberikan 300 juta vaksinasi COVID-19 dalam 150 hari. Ibu Negara Jill Biden dan pejabat lainnya telah meningkatkan gaya kampanye untuk mendorong lebih banyak orang Amerika agar mau divaksin. 

Awal pekan ini, Amerika Serikat menandai tonggak sejarah yang suram, melampaui 600.000 kematian akibat COVID-19. Jumlah kematian AS tetap yang tertinggi di dunia, meskipun negara-negara lain, termasuk Brazil, Inggris, dan Rusia, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dari ukuran populasi mereka.