Bagikan:

JAKARTA - Imunitas menjadi salah satu faktor penting untuk menangkal COVID-19 agar tidak masuk dalam tubuh. Di masa pandemi COVID-19, banyak orang berlomba-lomba untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, salah satunya dengan cara suntik vitamin C. 

Lantas, amankah jika suntik dilakukan berbarengan dengan vaksin COVID-19?

Dr. Robert Sinto, SpPD-KPTI, dokter konsultan Tropik Infeksi RSCM mengatakan cukup aman melakukan suntik vitamin C dan vaksin COVID-19 di hari yang sama. Sebab, komposisi kedua suntikan tersebut berbeda.

"Tidak ada batasan karena dua-duanya tidak berinteraksi jadi bisa diberikan. Misalnya, pagi divaksin dan sorenya disuntik vitamin C, tidak apa-apa," ujar Dr. Robert dalam webinar "Suntik Sehat" pada Jumat (18/6) dikutip dari ANTARA.

Akan tetapi, Dr. Robert menyarankan sebaiknya memang tidak dilakukan secara berbarengan kecuali memang sangat mendesak. Dr. Robert mengatakan penyuntikan di waktu yang bersamaan akan mempersulit untuk melihat beda efek samping dari vaksin atau vitamin.

"Nanti kita tidak bisa mengamati efek samping yang muncul, apakah ini misalnya demam karena efek samping akibat vaksin atau vitamin," kata Dr. Robert.

"Konsekuensi ini akan berpengaruh pada pengulangan berikutnya. Nanti 'kan akan rancu efeknya, jadi kalau memang tidak perlu segera, kita bisa memberikan jeda dalam hitungan hari meski tidak ada kontraindikasi," imbuh Dr. Robert.

Sementara itu, apt. Eric Antonius, M.M. (Direct to Consumer (DTC) Brand Manager Kalbe Farma mengatakan suntik vitamin bisa dilakukan sebulan sekali dan dibantu dengan penggunaan suplemen multivitamin untuk kebutuhan harian.

"Penggunaan multivitamin itu kan pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan harian, kalo dari pengalaman saya pribadi melakukan suntik sehat itu sebulan sekali. Jadi untuk memastikan kondisi tubuh tetap fit karena produktivitas harus tetap dijaga," kata Eric.

Untuk dosis yang tepat, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Hal ini didasarkan pada usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan.

"Tiap individu punya kebutuhan yang beda-beda. Kalau dalam angka kebutuhan manusia itu kan berdasarkan penyakitnya atau tubuhnya seperti apa," ujar Dr. Robert.