JAKARTA - Rona bahagia tak bisa disembunyikan Pamela Bowie ketika bertemu dengan Tim VOI di kantor WeTV, Rabu, 2 Juni. Sinetron 9 Bulan yang dibintanginya langsung melambungkan ke 10 besar series favorit di WeTV di minggu pertama penayangannya. Ini adalah sinetron pertama versi digital yang ditayangkan di layanan Over-The-Top (disingkat OTT).
OTT adalah layanan dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet. Jadi, 9 Bulan tidak tayang di televisi melainkan di internet.
Sinetron 9 Bulan bercerita tentang Welly yang diperankan oleh Fero Walandow yang bersedia menikah kontrak dengan Karen yang diperankan oleh Pamela Bowie. Welly bersedia menjalani pernikahan kontrak demi imbalan uang.
Setelah masa kontrak selesai, rencananya Welly akan menggunakan imbalannya sebagai mahar untuk menikahi Andini (Cita Citata), gadis yang sangat dicintainya. Masalah muncul sebab Andini pun minta dinikahi Welly pada hari yang sama dengan pernikahan Welly dengan Karen.
"Aku tuh berperan sebagai Karen. Karen datang dari keluarga berada, bapaknya bisa dibilang mafia. Dia nggak punya ibu. Bapaknya protektif dan sayang banget sama dia, tapi dia kehilangan sosok orang tua karena bapaknya sibuk dengan bisnis dan segala macam. Jadi dia merasa kesepian di rumah dan mencari pelarian di luar," ujar Pamela tentang perannya.
Drama ini membuat Pamela bisa merasakan kejadian hamil di luar nikah. Kejadian yang sebenarnya banyak terjadi di Indonesia namun jarang di ekspose.
"Dia hamil, cowoknya nggak benar. Disitulah perjalan Karen dimulai," jelasnya.
Sebagai wanita lajang, peran ini cukup menantang bagi Pamela. Karena Pamela harus menggali banyak pengalaman dari wanita yang sudah pernah hamil.
Pamela berharap sinetron 9 Bulan bisa menjadi panduan untuk remaja dalam menjaga pergaulan. "Ini yang membuat sinetron 9 Bulan spesial. Karena bukan cuma hiburan tapi juga ada pelajaran moral yang bisa diambil. Segala sesuatu yang kita lakukan pasti ada konsekuensinya. Jadi mesti dipikirin baik-baik. Bagaimana support keluarga dan teman itu sangat mempengaruhi emosi ibu hamil," paparnya.
Secara kualitas, lanjut gadis 27 tahun ini, 9 Bulan menawarkan cita rasa baru untuk sinetron Indonesia. "Banyak hal yang menarik dari sinetron ini. Dari segi pengambilan gambar aja sudah beda. Sinetron lainnya pokoknya jadi, jadi, jadi. Kalau di sini bener-bener kita matengin. Sehingga menghasilkan gambar yang bagus," katanya.
Pamela seperti menjawab pertanyaan yang membuatnya tergelitik selama ini. "Selama ini bertanya kita bisa nggak ya bikin serial kayak drama Korea, tenryata bisa. Ini kita wujudkan di sinetron 9 Bulan ini dengan gambar sinematis. Dari segi cerita beda. Kita aja pas baca naskahnya sudah ketawa-ketawa sendiri. pas kita realisasikan menjadi adegan ini lebih kocak lagi. Ini yang membedakan 9 Bulan dengan sinetron lainnya," tegas Pamela.
BACA JUGA:
WeTV mencoba membuat kisah kawin kontrak lewat sinetron 9 Bulan. Ini juga sebuah terobosan untuk memberi kisah segar bagi penonton Indonesia. Sinetron menawarkan cerita romantis dan komedi.
"Kita aja waktu syuting berasa nggak kerja. Rasanya kayak stand up comedy di set. Ini yang bikin kita yakin dan antusias sinetron ini akan disenengi anak-anak zaman sekarang," katanya.
Dengan proses edit yang lebih matang dan tidak diburu-buru, 9 Bulan memberikan tawaran warna yang berbeda. "kita ada grading warna juga, jadi berasa nonton bioskop," papar Pamela Bowie.
Unjuk Gigi di Luar Negeri
Tak cuma di Indonesia, sinetron yang dibintangi Cita Citata, Fero Walandaouw, dan Pamela Bowie juga populer di Malaysia. Pencapaian ini membuat Pamela merasa senang dan antusias.
"Kita siarannya nggak cuma di Indonesia ataupun Asia doang. Tapi di seluruh dunia. Sabtu kemarin pas pertama tayang itu hari terakhir syuting di lokasi. Pagi tayang, siang itu kita dapat kabar masuk 40 besar kita cukup antusias dan bangga. Dua jam kemudian kita masuk 10 besar itu senang banget. Itu yang membedakan feeling kita sebagai seniman," katanya.
OTT, lanjutnya, adalah masa depan sinetron Indonesia. "Perkembangan sinetron dan film Indonesia itu diikuti perkembangan kualitas penontonnya. Mereka juga makin mengerti mana kualiatas tayangan bagus mana yang tidak," katanya.
Sinetron 9 Bulan adalah bukti penonton Indonesia membutuhkan tontonan yang berkualitas. "Ketika kita tawarkan sesuatu yang bagus mereka terima. Jadi itu yang kita senang. Mereka menghargai produk dalam negeri yang berkualitas," paparnya.
Gadis kelahiran Madiun ini berharap sinetron 9 Bulan bisa menjadi pioner dan meletakkan lantasan untuk serial lokal Indonesia yang berkualitas.
"9 Bulan ini pertama kali ada sinetron di OTT. Jadi aku cukup bangga bisa terlibat di sini. Balik lagi masyarakat makin pinter, mungkin terinspirasi tontonan dari negara sebelah yang berkualitas. Sebisa mungkin kita juga bikin dengan kualitas yang sama," katanya.
Pamela menambahkan 9 Bulan adalah pembuktian sinetron Indonesia bisa menyamai kualitas serial luar negeri. "Kita buktikan, ini lho Indonesia juga bisa," tegasnya.
Pamela Bowie mengaku tak pernah setengah hati ketika berakting. Semangat ini sangat dia jaga untuk menunjang kualitas sinetron yang dibintanginya.
"Ketika aku mengambil sebuah peran itu aku harus jatuh cinta dulu sama karakternya. Sama ceritanya. Jadi aku senang dan happy. Kalau aku nggak suka itu nanti capek sendiri ngerjainnya," katanya.
Sempat vakum syuting di awal pandemi, geliat perfilman Indonesia yang mulai bangkit pasca diterjang pandemi COVID-19 disambut antusias oleh aktris Pamela Bowie. Kini dia lebih menghargai pekerjaan yang dia lakukan.
"Awal pandemi itu parah sih. Aku baru berani ambil syuting Oktober lalu. Waktu itu memutuskan untuk syuting lagi setelah ada prokes yang jelas. Di awal kan kita bingung mau syuting kayak apa. Sekarang kan semakin jelas ya, sudah mulai vaksin juga. Semoga ke depan semakin baik," harapnya.
Meskipun harus terus memakai masker, Pamela mengaku harus menyesuaikan diri. "Sekarang untuk berinteraksi juga terbatas, harus pakai masker, dikit-dikit prokes. Lihat situasi yang ada. Tapi nggak papa sih," jelasnya.
Pamela Bowie tak pernah merasa putus asa meskipun syuting terasa lebih sulit. Dia berharap suatu saat kelas bisa bermain film laga.
"Aku pengin main action. Dulu pernah, tapi nggak banyak. Kalau kita senang dan cinta tentu akan lebih happy ngerjainnya. Belajar sesuatu yang baru juga tentunya," katanya antusias.