Bagikan:

JAKARTA - Perjalanan hidup Arzeti Bilbina bisa dibilang telah matang sebagai seorang pribadi, ibu, juga wakil rakyat. Berkarir sebagai model sejak muda, Arzeti masih menjadi panutan bagi model baru yang sedang meniti karir. Sebagai Ibu, Arzeti juga berhasil mendampingi putra putrinya berprestasi. Dan sebagai anggota DPR, Arzeti memaksimalkan upayanya dalam menjadi berguna di tengah masyarakat. 

Tentu itu bukan sebuat pencapaian yang mudah. Istri dari Aditya Setiawan ini tak mengaku berusaha bijak membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus anak-anaknya. Semua perjalanan hidupnya, didedikasikan untuk hijrah, menjalani proses untuk hidup yang lebih baik dari waktu ke waktu.

"Perjalanan hidup saya luar biasa indah. Dinamika hidup ya kalau menurut saya. Bagaimanapun Allah pasti akan berikan ujian hidup untuk kenaikan kelasnya kita. Mungkin dulu dalam dunia pekerja seni, dinamikanya berbeda. Setelah menikah, saya merasa perlu punya panggung lain seperti layaknya saya pernah bekerja di dunia seni," katanya saat berbincang dengan VOI di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 7 Mei. 

Arzeti Bilbina (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Rupanya keberhasilannya mengatur waktu itu berawal dari restu suami. Menurut ibu tiga anak ini, keputusannya untuk berkarir di politik mendapat dukungan penuh dari suaminya. 

"Alhamdulilah ketika saya sampaikan kepada suami saya ingin menjadi legislator, saya ingin betul-betul menjadi bagian masyarakat, direstui. Mungkin ketika dalam dunia seni ritmenya kita senang di atas panggung, kemudian mendapat honor, amplop setiap selesai kegiatan. Setelah ada di panggung belakang sebagai legislator adalah dimana kita blusukan, menyapa, menjadi bagian dalam konstiuen kita. Kenikmatannya berbeda," katanya. 

Meskipun berbeda panggung, Arzeti merasa tak pernah kehilangan arah dan kepercayaan diri. Kecintaan pada seni membuatnya luwes bergaul dimanapun ditempatkan.

"Pada dasarnya semuanya itu bicara seni. Politik itu seni, bisa termanfaatkan ketika keita bekerja. Sama dalam dunia seni kita bekerja sebagai tim, di politik juga kita ada tim untuk mencapai tujuan bersama. Jadi intinya politik dan seni itu satu kesatuan yang dinamikanya adalah proses," paparnya. 

Arzeti Bilbina (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Wanita umur 47 tahun ini mengatakan, karena kuasa Allah, ia mampu membagi-bagi waktunya antara mengurus pekerjaan dan anaknya. "Karena kuasanya Allah. Karena basic-nya dulu kita tinggal di daerah ya, isinya sekolah dan ngaji, itu ritmenya jadi pegangan hidup," paparnya.

"Di dunia modelling, ada batasan tertentu dimana saya bekerja sebagai profesional. Orang dulu mikir dunia model mengerikan, enggak, saya berani bilang enggak karena saya dulu berada di situ. Kita punya keluarga, adat, aturan yang ketat dari orangtua. Sehingga saat orang bilang hijrah, hijrah itu dimana kita selalu mendekatkan kepada Allah. Ilmu apa yang kita punya bisa dimanfaatkan sebagai seorang ibu, seorang istri, dan sebagai wanita yang bekerja. Itu Masya Allah," tambahnya. 

Pencapaian terbaik, menurutnya, sebagai seorang istri adalah ketika dia bisa mendampingi dan menikmati pengalaman hijrah bersama suaminya. "Mas Didit saat ini menyatakan benar-benar menikmati perjalanan hijrahnya. Mas Didit dulu lama di Singapura dan Autralia dulu tidak menikmati malam bangun, curhat kepada Allah. Kemudian membenahi diri. Buat dia itu suatu nikmat sekali," katanya. 

Arzeti Bilbina punya satu senjata yang menurutnya bisa membuatnya selalu waspada. "Takut kepada Allah. Kalau kita sudah takut sama Allah itu rasanya beban itu tidak ada sama sekali. Kita pasrahkan kepada Allah. yang namanya posisi, jabatan, materi, kenikmatan dunia itu titip Allah. Insya Allah kita ikhlas menjalani apapun itu. Dan kita bersyukur kepada Allah sehingga Allah akan menambahkan nikmatnya," katanya. 

Kesempatan menjadi wakil rakyat, menurut Arzeti Bilbina adalah sebuah amanah yang membuatnya selalu ingin bersyukur. "Cara bersyukurnya dengan bekerja sebaik-baiknya. Selalu meminta ilmu sama Allah. Semakin kesini itu menjadi ibu dan bekerja kok selalu merasa kurang aja. Rasanya kok susah banget untuk menjadi ibu yang baik, istri yang baik. Karena itu selalu minta ke Allah diberikan kekuatan menjadi ibu, menjadi istri yang baik untuk suami, menjadi pelayan masyarakat khususnya di Surabaya," katanya. 

Arzeti Bilbina (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Di balik semua kesuksesannya, Arzeti selalu menempatkan diri sebagai seorang makmum atau pengikut suaminya. Ridho suami selalu menjadi prioritasnya.

"Jangan sampai kita kufur nikmat dari apa yang sudah dikasih. Karena kan bagaimanapun istri itu di belakang suami. Jangan sampai suami tidak ridho dengan apa yang kita lakukan. Jangan sampai arogansi sama suami lalu menjadi semewa-mena, kufur nikmat," paparnya.

Tumbuh dan menua bersama suami, bagi Arzeti terasa nikmat ketika mereka memiliki tujuan yang sama. Arzeti Bilbina mengaku, tetap memantau anaknya untuk menjalankan kewajiban mereka sebagai anak untuk belajar.

"Alhamdulillah Mas Didit luar biasa menikmati hijrah bagi beliau. Dulu itu kalau misalnya jamnya sholat nyari masjid ya hanya sebatas mengerjakan. Nggak pernah merasakan nikmat seperti sekarang. Malam itu waktunya untuk menambah ilmu. Apapun yang kita lakukan sekarang itu semakin nikmat karena saling support diniatkan untuk Allah," paparnya.

"Niatkan untuk mencari wajahnya Allah ya Bu. Bahasa itu aja yang selalu disampaikan," tambahnya. 

Arzeti Bilbina (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Kebahagiaan itu semakin lengkap ketika ketiga anaknya Bagas Wicaksono Rahadi Setiawan, Dimas Aryo Baskoro Rahadi Setiawan, dan Gendis Setiawan tumbuh menjadi pribadi yang berprestasi. Bagas sekarang sedang menjalani pendidikan di SMA Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah. Sekolah ini diyakini adalah sekolah calon Jenderal Militer Indonesia.

"Anak-anak Alhamdulilah, Ramadan kemarin sudah bisa menjadi imam bergantian. Anak-anak harus tahu bahwa mereka bukan siapa-siapa kalau mereka tidak berkiblat kepada Allah dan Rosul," jelasnya.  

Keluarga, bagi Arzeti, adalah inti dari semua hidup yang dijalaninya. Keluarga adalah ladang ibadah yang tidak ada putusnya. "Dalam keluarga namanya ibadah itu tidak ada yang berhenti sampai dengan kita meninggal. jadi keluarga adalah langkah kita untuk mencapai ridho Allah. Nikmat menjadi ibu, istri, anak dari ibu, itu luar biasa," katanya. 

Arzeti Bilbina (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Arzeti sendiri mengaku bahwa menjaga keharmonisan keluarga bukan perkara mudah. Ada saja dinamika yang dirasakan Arzeti ketika mencoba untuk terus mendidik anak. "Ada aja dinamikanya. tapi disitulah nikmatnya jika kita memiliki keluarga yang utuh. Rasanya sakinah mawaddah warohmah itu nikmat sekali," jelasnya.

Seperti ibu lainnya, Arzeti juga sering dibuat gemas oleh anaknya ketika membangunkan untuk sholat Subuh. "Kadang kan namanya ibu ada gemesnya. Tapi anak-anak justru suka drama karena kalau sedang tidak bersama, mereka kangen dibangunkan ibunya. Lucu ya," kenangnya.

Arzeti merasa keberhasilan anak adalah ujian. "Ini doa ketika anak-anak dibahasakan masuk sekolah favorit. Ini ujian buat kami apakah kami mampu selalu mendampingi anak-anak. Kami selalu berdoa, 'Ya Allah bantu kami'. Jadi ini membuat kami semakin merasa kuatir bisa nggak, makanya kita berbenah diri dan memantaskan diri," tegasnya. 

Ada yang tidak bisa Arzeti berikan secara penuh kepada buah hatinya yaitu waktu. Sering kali anaknya protes karena tidak selalu didampingi bundanya. "Pernah anak tanya kok Bunda nggak selalu ada mendampingi mereka. Saya membahasakan bahwa itu rejekinya teman-teman yang selalu didampingi orangtuanya, anak saya juga punya rejeki orangtuanya bermanfaat buat masyarakat," katanya. 

Yang penting sekarang, keikhlasan anak-anak mengizinkan ibunya bekerja. Pada saat ibunya tidak di rumah, mereka bisa menjalankan kewajibannya sebagai anak. 

"Yang penting mereka belajar takut akan azab-nya Allah. Mereka berkiblat pada Rasulnya, mudah-mudahan itu menjadi pegangan mereka untuk menata kehidupan ke depannya. Semoga saja mereka bisa menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Itu harapannya," tutur Arzeti Bilbina.