Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan tengah berupaya memasifkan pelatihan bagi tenaga konseling atau konselor ASI eksklusif di puskesmas-puskesmas di Tanah Air.

"Ini bagian (pelatihan konselor ASI eksklusif) dari kami merevitalisasi puskesmas dan posyandu yang sejak Orde Baru dan adanya UU Otonomi Daerah tidak tersentuh," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI bersama Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis 16 Mei, disitat Antara.

Menurut Menkes, pihaknya menilai keberadaan konselor ASI eksklusif penting dalam memaksimalkan penurunan angka stunting di Indonesia, karena salah satu faktor penyumbang tingginya angka stunting adalah kurangnya gizi bayi akibat tidak mendapatkan ASI eksklusif.

Diketahui tenaga terlatih konseling ASI eksklusif bertugas memberikan informasi dan membantu ibu jika mengalami masalah pada saat menyusui. Oleh karena itu penting bagi puskesmas dan jaringannya mempunyai tenaga terlatih konseling menyusui atau konselor ASI eksklusif.

Penjelasan tersebut juga disampaikan oleh Menkes Budi untuk menanggapi permintaan anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina agar Kementerian Kesehatan menghadirkan program konselor ASI eksklusif.

"Saya minta Pak Menkes kenapa tidak lagi lakukan program (konsuling) ASI eksklusif," kata Arzeti.

Menkes Budi pun menyampaikan bahwa sejauh ini Kemenkes telah melatih sebanyak 3.500 konselor ASI eksklusif di sejumlah puskesmas di Tanah Air. Meskipun begitu, ia mengakui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari jumlah ideal yakni sekitar 10.000 orang atau setiap puskesmas memiliki minimal satu konselor ASI eksklusif.

"Mengenai ASI eksklusif, kita ada programnya, sudah 3.500 konselor ASI eksklusif yang kita latih di puskesmas. Ini seharusnya di setiap puskesmas ada satu, harusnya 10.000," ujar Menkes.