Bagikan:

JAKARTA - Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pokok kaya nutrisi yang sangat diperlukan bayi. Oleh sebab itu, ibu disarankan untuk mengASIhi bayi minimal 6 bulan agar proses pertumbuhan si kecil bisa optimal.

Sayangnya, mengASIhi di tengah pandemi COVID-19 menjadi suatu hal yang tidak lagi mudah. Pasalnya, banyak ibu yang ragu untuk menyusui bayinya kala dinyatakan terinfeksi Covid-19. Mereka mengaku khawatir dengan kondisi kesehatan sang anak.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dr Dhian Proboyekti Dipo mengatakan bahwa ibu yang positif COVID-19 diperbolehkan untuk terus menyusui dan memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya.

“Dalam situasi seperti pandemi COVID-19 sekarang ini, rekomendasi menyebutkan ibu dengan COVID-19 dapat terus menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya,” dilansir Antara, Jumat, 6 Agustus.

Hal senada juga disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF. Dua organisasi ini menilai bahwa pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dihentikan oleh ibu positif COVID-19. Mengingat, manfaat pemberian ASI pada bayi dan ibu sangatlah besar dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi.

Misalnya saja dari sisi kesehatan. ASI membantu melindungi anak dari ragam penyakit seperti diare dan pneumonia, mengurangi risiko anak terkena obesitas atau berat badan berlebih dan tidak rentan mengalami penyakit-penyakit tidak menular di masa dewasa.

Lebih lanjut, Dr Dhian juga menyatakan kalau ibu yang terpapar COVID-19 tidak perlu takut jika anak juga ikut tertular. Sebab sampai saat ini belum ada fakta atau bukti bahwa ASI yang diberikan ibu dapat menularkan virus kepada bayinya.

“Studi yang dilakukan di Wuhan, China pada tahun 2019, tidak ditemukan SARS-CoV-2 dalam ASI ibu yang telah terkonfirmasi COVID-19. Artinya pemberian ASI tetap harus dilaksanakan,” katanya.

Hanya saja, pemberian ASI saat ibu positif Corona agak sedikit berbeda dengan sebelum terjangkit virus. WHO menyatakan, saat memberi ASI, ibu perlu patuh menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi untuk mencegah penularan kontak antara ibu yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19 dengan bayi mereka.

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan seperti memakai masker medis secara benar saat menyusui bayi, mengganti penggunaan masker secara berkala, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memegang bayi, menghindari memegang hidung dan mata serta membersihkan dan mendesinfeksi permukaan benda yang sering disentuh ibu.

Agar perlindungan semakin menyeluruh, seorang konselor laktasi, dr Ameetha Drupadi menyatakan bahwa ibu menyusui pun disarankan untuk melakukan vaksinasi. Terkait keamanan vaksin, peneliti sekaligus dokter spesialis anak dari WHO, Soumya Swaminathan memastikan tidak ada risiko pada ibu dan bayi usai divaksin karena vaksin yang digunakan saat ini tidak mengandung virus hidup.

"Antibodi yang dimiliki ibu dapat melalui ASI ke bayi dan mungkin hanya berfungsi sedikit untuk melindungi bayi. Tapi sama sekali tidak ada salahnya. Ini sangat aman. Jadi wanita yang sedang menyusui pasti bisa mengambil vaksin yang tersedia saat ini," kata dia.

Tidak sampai di sini saja, penelitian lain pun ikut membuktikan jika wanita menyusui yang telah divaksin memiliki antibodi dalam ASI mereka, yang dapat memberi bayi mereka perlindungan terhadap COVID-19.

Karleen Gribble dari Western Sydney University's School of Nursing and Midwifery mengatakan antibodi yang melewati ASI dari vaksin dapat diserap secara oral oleh bayi dan menawarkan perlindungan jangka pendek dengan cara menangkis infeksi sebelum terjadi. 

Akan tetapi, bila ibu terlalu sakit untuk menyusui bayinya secara langsung, maka sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis. Bila memungkinkan, ibu bisa memerah ASI-nya lalu memberikannya pada bayi atau meminta bantuan anggota keluarga yang tidak terkena COVID-19 untuk memberi ASI pada bayi menggunakan sendok yang bersih. Sedangkan terkait vaksinasi, ibu menyusui tetap harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima vaksin COVID-19, termasuk skrining yang perlu mereka jalani sebelum divaksin.