Tolak Patung Penjajah, 150 Dosen Universitas Oxford Gelar Unjuk Rasa
Ilustrasi mahasiswa Universitas Oxford. (Wikimedia Commons/Mike Knell)

Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 150 dosen dan akademisi Universitas Oxford melakukan unjuk rasa dan mengumumkan boikot untuk mengajar, lantaran pihak universitas enggan menurunkan patung kontroversial imperialis Inggris Cecil Rhodes di Oriel College. 

Para dosen dan akademisi menginginkan patung tersebut diturunkan, lantaran Rhodes yang seorang pengusaha dan politisi abad ke-19 di Afrika Selatan, mewakili supremasi kulit putih dan kolonialisme. 

Sebagai bagian dari unjuk rasa, mereka akan memboikot seluru proses yang terkait dengan program belajar-mengajar, termasuk wawancara kandidat dari Oriel College di Universitas Oxford

Mereka juga telah berjanji untuk menarik diri dari semua pembicaraan, seminar dan konferensi yang diselenggarakan oleh Oriel, bersama dengan memboikot proses rekrutmen dan penilaian untuk beasiswa di perguruan tinggi.

Robert Gildea, profesor sejarah modern di Oxford mengatakan, boikot itu dirancang untuk menekan perguruan tinggi agar menghapus patung itu karena semua upaya lain telah gagal.

"(Patung itu) tidak dapat diterima oleh siswa oriel sendiri, itu tidak dapat diterima oleh banyak orang di perguruan tinggi lain yang melakukan upaya besar untuk meningkatkan keragaman dan inklusi," katanya kepada program Radio 4 Today BBC, seperti melansir The National News Kamis 10 Juni. 

"Ada banyak hal yang telah dan telah dilakukan (di universitas), hanya saja Oriel College tampaknya sedang dalam bahaya," tegasnya.

patung cecil rhodes
Patung Cecil Rhodes. (Wikimedia Commons/Christopher Hilton)

Sebelumnya, penyelidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi juga merekomendasikan agar patung itu dipindahkan.

Para akademisi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan Oriel College untuk tidak menghapus patung itu merusak upaya untuk memberantas rasisme di universitas.

“Universitas perguruan tinggi hanya dapat bekerja secara efektif dan kredibel untuk memberantas rasisme dan mengatasi efek kolonialisme yang sedang berlangsung saat ini, jika semua perguruan tinggi melakukannya. Keputusan Oriel College untuk tidak menghapus patung Cecil Rhodes melemahkan kita semua," sebut pernyataan akademisi.

"Meskipun ada suara yang mendukung dari ruang rekreasi siswanya dan meskipun suara sebelumnya dari badan pengatur menyatakan keinginan mereka untuk menghapusnya, Oriel sekarang telah memutuskan untuk tidak melakukannya,".

"Menghadapi keterikatan keras kepala Oriel pada patung yang mengagungkan kolonialisme dan kekayaan yang dihasilkannya untuk perguruan tinggi, kami merasa kami tidak punya pilihan selain menarik semua pekerjaan diskresi dan kolaborasi niat baik," tega akademisi. 

Mengumumkan keputusannya untuk mempertahankan patung itu tiga minggu lalu, Oriel College mengatakan kerangka waktu dan biaya adalah 'hambatan yang cukup besar'.

"Badan pengatur telah mempertimbangkan dengan hati-hati tantangan peraturan dan keuangan, termasuk kerangka waktu yang diharapkan untuk penghapusan, yang bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa kepastian hasil, bersama dengan total biaya penghapusan," jelas pihak Kampus Oriel.

Sementara itu, Rektor Oriel College Lord Mendoza mengaku perdebatan ini tidak mudah, memiliki dampak di Inggris bahkan bisa lebih luas lagi. 

“Kami memahami kesimpulan yang bernuansa ini akan mengecewakan bagi sebagian orang. tetapi kami sekarang fokus pada penyampaian tindakan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan penjangkauan dan pengalaman sehari-hari siswa. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Dewan Kota Oxford dalam berbagai opsi untuk kontekstualisasi," tukasnya.

Untuk diketahui, tahun lalu lebih dari seribu orang menggelar unjuk rasa di depan Universitas Oxford, meminta patung Cecil Rhodes diturunkan. Patung itu berdiri di atas ambang pintu di depan Gedung Rhodes, menghadap ke Oxford's High Street.