Bagikan:

JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyebut pemerintah tengah mengembangkan beberapa cara untuk membantu pencegahan hingga penyembuhan kasus COVID-19 di Indonesia. Cara tersebut adalah pembuatan suplemen, vaksin, obat, hingga konvalesen plasma.

Saat ini, Kemenristek mulai menguji pembuatan suplemen sebagai upaya pencegahan. Dalam suplemen tersebut, Kemenristek sudah melakukan kajian sistematis dan studi bioinformatika.

"Saat ini sedang dilakukan uji klinis untuk bahan-bahan seperti jahe merah, jambu biji, dan kemudian juga virgin coconut oil," kata Bambang dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu, 7 April.

Dari bahan-bahan tersebut, Bambang berharap pemerintah bisa mendayagunakan menjadi suplemen. Jika uji klinis bahan-bahan tersebut cocok, maka bisa menghasilkan suplemen baru yang diharapkan bisa menumbuhkan daya tahan tubuh terhadap COVID-19.

Kemudian, pemerintah juga tengah mengembangkan pembuatan vaksin. Namun, pembuatan vaksin ini tak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. Perlu waktu lama untuk menghasilkan vaksin dan diperbanyak untuk digunakan oleh masyarakat.

Oleh karenanya, salah satu alternatif yang akan didorong adalah kerja sama antara Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan lembaga internasional yang juga melakukan penelitian mengenai vaksin.

"Vaksin yang nantinya kita harapkan dikembangkan di Indonesia adalah vaksin yang bisa mencegah virus yang nantinya akan berkembang di Indonesia. Jadi, menekankan pada virus yang beredar di Indonesia ini menjadi sangat penting," kata dia.

Selanjutnya, pemerintah sedang melakukan uji klinis terhadap beberapa obat yang direkomendasikan dari luar negeri sebagai penyembuh pasien COVOD-19. Obat-obat tersebut misalnya avigan, klorokuin, dan tamiflu.

"Kemudian, kami juga mengembangkan juga pil kina. Pil kina sedang kita uji sebagai salah satu alternatif obat yang barangkali bisa meringankan beban dari penderita COVID-19," tutur Bambang.

Lebih lanjut, tim konsorsium riset Kemenristek juga tengah melakukan pengurutan keseluruhan genom atau kromosom rangkaian DNA dan RNA (whole genome sequencing). Cara ini merupakan uji klinis terhadap metode terapi lewat plasma darah.

"Saat ini sedang dilakukan riset terkait konvalesen plasma, di mana plasma dari pasien yang sudah sembuh itu kemudian dicoba diberikan sebagai terapi untuk pasien COVID-19 yang sedang dalam kondisi berat," ucap Bambang.

Riset ini sudah mulai dilakukan di RSPAD Gatot Subroto. Hasilnya sudah mulai ada, namun riset masih dibutuhkan dalam skala yang lebih besar. Karena itu, Kemenristek akan melakukan riset yang lebih besar lagi. Ke depan, riset akan melibatkan banyak rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia.

"Tidak hanya di Jakarta, untuk mengembangkan konvalesen plasma ini bisa di Malang, Yogyakarta, Surabaya, Solo maupun tempat-tempat lainnya. Kita harapkan konvalesen plasma ini bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan tingkat kesembuhan dari penderita COVID-19," pungkasnya.