JAKARTA - Kendati lebih moderat dan terbuka dibanding negara-negara Arab lainnya, termasuk pelonggaran mengenai minuman beralkohol, Uni Emirat Arab (UEA) tetap tergolong dalam negara yang melarang tato.
Meski wisatawan memakai tato, namun membuat tato di negara tersebut tetap dilarang. Karena terbentur peraturan yang berlaku dan penilaian merugikan diri sendiri.
Namun, Le Inka yang didirikan oleh pasangan suami-istri Ishrath dan Safa Hasmin, mampu menghadirkan tato temporer yang kreatif, halal dan sesuai ketentuan UEA, tanpa menguarangi nilai seni dan artistiknya.
Diluncurkan pada 2019, mengkhususkan diri pada tato Jagua, dibuat menggunakan ekstrak genipa americana atau jagua, buah yang biasa ditemukan di beberapa bagian Amerika Selatan.
Formula gelnya vegan, berbahan dasar tumbuhan dan organik dan dapat diaplikasikan pada kulit dengan menggunakan stensil. Hasilnya mirip dengan tato henna, hanya saja waktu pengaplikasiannya lebih pendek 30-60 menit, dengan hasil akhir bertahan hingga selama satu hingga tiga minggu.
“Dulu kami mendapat banyak permintaan henna hitam, namun jika Anda benar-benar memeriksanya, kami menemukan bahwa henna hitam berbahaya karena bercampur dengan bahan kimia berbahaya," tutur Israth melansir The National News.
"Jadi kami mulai mencari alternatif alami, organik dan tidak berbahaya untuk henna hitam. Dan saat itulah kami menemukan tinta jagua," lanjut Ishrath. Safa sang istri diketahui merupakan artis henna terkenal dan pendiri toko henna online pertama di Uni Emirat Arab.
Ketika dia melihat hasil akhir dari desain tersebut, dia menyadari bahwa itu tidak harus dibatasi untuk wanita. Firasatnya menyebut produk Le Inka akan menjadi hit di kalangan pria dan wanita sebagai tato.
Israth menuturkan, sifat sementara dari tato juga memungkinkan pelanggan untuk lebih bereksperimen dengan desain mereka. Karena pemakainya tidak perlu khawatir tentang seni tubuh mereka yang semakin menua, beberapa stensil merek yang paling populer itu unik, lucu, atau terkait dengan peristiwa atau situasi tertentu.
“Kami terus-menerus merilis opsi atau stensil baru kepada pelanggan kami. Misalnya yang berkaitan dengan Hari Ibu, Idul Fitri dan kanker payudara sangat popular. Kami juga meluncurkan stensil bertema COVID-19. Kaligrafi Arab dan nama hewan peliharaan juga merupakan pilihan yang populer," papar Israth.
Diterangkan olehnya, kelebihan dari tato temporer adalah individualitas. Ingin membuat desain dan tema sendiri, bisa dilakukan dengan melakukan menunjukkan desain yang diinginkan.
"Biasanya orang menggunakan desain standar untuk percobaan pertama atau kedua mereka. Tapi dengan tato ketiga mereka, mereka menginginkan sesuatu yang unik bagi mereka," tukas Israth.
Tak heran jika bahan tato temporer ini juga sudah merambah dunia internaional di 15 negara, termasuk Oman, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat.
Namun, tidak semuanya berjalan mulus, karena masih ada kesalahpahaman tentang apa yang mereka coba lakukan. Tato permanen dilarang dalam Islam, jadi terkadang produk mereka terlihat dengan kecurigaan.
"Kami memiliki pelanggan yang bertanya mengenai tato. Kami menjawab, kami adalah Muslim dan kami tidak akan melakukan ini jika tidak diizinkan (Islam)," terang Ishrath.
“Kami tahu kepekaan yang berputar di sekitar topik. Tapi tidak ada penggunaan jarum, tidak ada bahaya infeksi dan tidak ada rasa sakit dengan tato ini, karena sifatnya tidak permanen," sambungnya.
BACA JUGA:
Israth yakin, setelah diizinkan tampil di UEA secara resmi, bisnis tato temporer ini akan semakin populer, terutama di kalangan milenial.
"Ini menjadi lebih trendi akhir-akhir ini, terutama di kalangan milenial. Orang-orang hanya ingin cara untuk mengekspresikan diri mereka sendiri," pungkas.