JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan jawaban tegas saat ditanya apakah akan memprioritaskan sektor ekonomi atau sektor kesehatan di tengah pandemi COVID-19 ini. Menurut dia kalau persoalan kesehatan harus lebih diutamakan di saat pandemi corona belum melandai seperti yang terjadi di Jawa Tengah kini dan juga daerah Indonesia lainnya.
“Kalau saya ya jelas pilih kesehatan. Begitu kita mengutamakan ekonomi dan kesehatan awur-awuran ya rontok, mati kita semua. Jadi tetap kesehatan yang diprioritaskan. Tapi bukan berarti ekonominya dimatikan,” tandasnya kepada VOI yang menghubungi melalui wawancara jarak jauh.
Dalam kondisi seperti sekarang memang harus tegas memilih. Saat kesehatan diketatkan sekali, maka akibatnya ekonomi akan mati. Dan sebaliknya saat ekonominya dibuka sekali maka kesehatan juga akan terpengaruh. Jadi solusi yang dilakukan Ganjar adalah jalan tengah, ia tetap memprioritaskan kesehatan dengan tidak membunuh sektor ekonomi.
“Jadi kalau kesehatan banget maka ekonominya mati banget, tapi kalau ekonomi banget maka kita mati beneran. Makanya kesehatannya kita prioritaskan, ekonominya kita jalankan. Risikonya sudah kita mitigasi, akan ada penambahan (penderita COVID-19) tapi masih dalam kendali. Sebab tidak mungkin kita memilih salah satu saja dalam konteks sekarang ini,” tandasnya.
Sejatinya antara sektor ekonomi dan kesehatan memang bisa seiring sejalan. Namun dalam pelaksanaannya tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi untuk masyarakat yang belum bisa berdisiplin. Pengawasan dan kewaspadaan harus selalu ditingkatkan dan tak pernah henti publik diingatkan.
Menurut Ganjar Pranowo masyarakat juga harus mengubah pola pikirnya dalam kondisi pandemi corona sekarang ini. ”Mindset publik juga harus berubah kalau tidak berubah enggak bisa,” katanya. Dia mencontohkan masyarakat di negara Taiwan yang dilihatnya berhasil menghadapi keadaan sulit di tengah pandemi corona. Kesadaran masyarakatnya amat tinggi soal kewaspadaan menghadapi COVID-19.
Ganjar menyitir istilah Presiden Jokowi dalam hal penanganan ekonomi di masa pandemi corona ini. “Kalau istilah Pak Jokowi itu digas dan direm,” katanya. Ada kalanya ekonomi direm namun kalau keadaan sudah membaik bisa digas kembali. Begitu seterusnya dalam penanganan persoalan ekonomi.
BACA JUGA:
Ganjar sadar kebijakan seperti ini tidak disukai oleh mereka yang berkutat di bidang kesehatan, seperti nakes dan epidemiolog. “Kalau epidemiolog tak ada kompromi, maunya lockdown untuk mengatasi persoalan COVID-19 ini,” katanya.
Silaturahmi Virtual
Sebelum pandemi corona melanda dunia, Ganjar Pranowo sudah aktif menggunakan sosial media untuk berkomunikasi dengan publik. Dan apa yang dilakukan ternyata efektif. Komunikasinya dengan warganet ternyata disambut dengan antusias. Selain Ganjar, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan beberapa Kepala Daerah lainnya juga giat bersosialmedia.
Di momentum Idulfitri yang baru lalu, Ganjar memang tidak menggelar open house di kediaman resminya sebagai Gubernur. Ia memanfaatkan media sosial untuk bersilaturahmi Idulfitri secara daring dengan warganet.
Kalau dulu Jokowi dikenal dengan aksi blusukannya, apa yang dia lakukan juga bisa dikatakan blusukan tapi mediumnya berbeda. “Saya melakukan e-blusukan dengan media sosial. Dan yang ikut silaturahmi lebaran idulfitri itu banyak sekali. Mereka bukan hanya yang berdomisili di Jawa Tengah saja, tapi ada juga yang dari luar provinsi bahkan dari mancanegara,” kata Ganjar Pranowo.