Kekurangan Vaksin COVID-19, Ahli Khawatir India Dilanda Gelombang Ketiga COVID-19
Ilustrasi pasein COVID-19. (Sumber: UNICEF/UNI41215/Rae)

Bagikan:

JAKARTA - Pertama kalinya dalam enam minggu terakhir, perhitungan kasus infeksi harian virus corona di India berada dalam posisi terendah dalam 24 jam terakhir. Namun, saat yang sama India juga mengalami kekurangan vaksin COVID-19.

Data Kementerian Kesehatan India menyebut, laporan kasus infeksi harian dalam 24 jam terakhir pada Selasa ini mencapai 196.427 kasus. Menjadi yang terendah sejak 14 April, kurang dari setengah saat puncak laporan yang mencapai 414.188 kasus pada 7 Mei. Sehingga, India memiliki total kasus infeksi COVID-19 mencapai 26,95 juta, melansir Reuters Selasa 25 Mei.

Sementara, jumlah kematian bertambah sebanyak 3.511 kematian dalam 24 jam terakhir, membuat total kematian sejak pandemi tahun lalu di India mencapai 307.231 kematian. Kendati demikian, para ahli khawatir penurunan lebih karena banyaknya infeksi baru yang tidak dilaporkan, karena kurangnya pengujian di desa-desa.

Para ahli pun percaya, terlalu meremehkan jumlah korban sebenarnya karena hanya orang yang dites positif yang dihitung, sedangkan banyak korban tidak pernah diuji.

Tak hanya itu, para ahli juga khawatir India akan dilanda gelombang ketiga COVID-19, seiring dengan kurangnya vaksin COVID-19 di negara tersebut. Sejauh ini, India baru memvaksin 3 persen dari 1,3 miliar penduduknya. Terendah dalam daftar 10 besar negara dengan kasus COVID-19 terbanyak. 

Institut Serum India, yang memasok vaksin AstraZeneca dan perusahaan lokal Bharat Biotech yang menyediakan Covaxin menyatakan, mereka meningkatkan produksi tetapi pasokannya masih jauh dari jutaan dosis yang dibutuhkan India.

Ingin memenuhi kebutuhan vaksinya, sejumlah negara bagian meluncurkan tender global vaksin COVID-19, seperti Mumbai yang menghubungi Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson untuk pasokan yang mendesak. 

Namun Wakil Menteri Utama Delhi Manish Sisodia mengatakan, ketiga perusahaan tersebut mengatakan, mereka berhubungan dengan pemerintah federal India dan tidak akan berurusan dengan otoritas tingkat negara bagian.

Sisodia menyalahkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, atas kesalahan penanganan pengadaan vaksin dan tidak bergerak cukup cepat untuk mengamankan pasokan bagi negara.

"Ini adalah kesalahan global," kata Sisodia, yang Partai Aam Aadmi-nya sangat menentang Partai Bharatiya Janata (BJP) Modi.

Negara bagian utara Punjab juga mengatakan pada akhir pekan upayanya untuk mendapatkan pasokan secara langsung telah ditolak oleh produsen vaksin asing. Negara bagian perbukitan Uttarakhand memperpanjang tender globalnya hingga akhir bulan, setelah gagal mendapatkan tawaran apa pun, media lokal melaporkan pada Hari Selasa.

"Upaya vaksinasi berantakan dan orang-orang menderita dan putus asa," kata Anand Sharma, seorang pemimpin oposisi utama Kongres, mendesak PM Modi untuk mengesampingkan politik dan bekerja dengan pemerintah negara bagian untuk membantu mereka mendapatkan vaksin.

Terpisah, Pfizer mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah India untuk memasok vaksinnya, yang masih harus disetujui oleh regulator obat India.

"Pfizer tetap berkomitmen untuk melanjutkan keterlibatan kami dengan pemerintah India untuk membuat vaksin Pfizer BioNTech COVID-19 tersedia untuk digunakan di negara itu," kata seorang juru bicara kepada Reuters, menolak memberikan rincian diskusi yang sedang berlangsung.