Angka Kematian Meningkat, Epidemiolog Sarankan Pemerintah Evaluasi Manajemen Pengendalian COVID-19
Ilustrasi COVID-19. (Wikimedia Commons/US Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Sara Eshleman)

Bagikan:

JAKARTA - Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad meminta pemerintah mengevaluasi manajemen pengendalian pandemi guna mengetahui faktor mana saja yang berkontribusi besar terhadap angka kematian akibat COVID-19.

Hal ini menyusul adanya peningkatan kasus kematian akibat virus tersebut di tanah air.

“Sekarang titik letaknya ada di mana? Bisa saja, misalnya terkait akses di mana pasien COVID-19 berat berasal dari sosial ekonomi menengah ke bawah dan akses mendapatkan layanan kesehatan lebih sulit, sehingga sampai ke layanan kesehatan lambat sehingga kemungkinan terjadi kematian sangat besar,” ujar Riris dalam keterangannya, Rabu, 19 Mei.

Dari data Satgas COVID-19, pada 15 Mei 2021 angka kematian akibat COVID-19 di tanah air sebesar 2,76 persen. Meningkat dari sebelumnya per Februari 2021 sebesar 2,75 persen.

Sedangkan persentase kasus angka kematian akibat COVID-19 di dunia sebesar 2,07 persen.

Menurutnya, penyebab pasti kematian akibat COVID-19 tidak bisa diketahui tanpa adanya audit.

Banyak faktor yang bisa memengaruhi hal tersebut, salah satunya terkait akses layanan kesehatan serta terkait bagaimana layanan kesehatan mampu mengelola kasus yang ada secara kuat dan bermutu.

Selain itu, kata dia, peningkatan kasus kematian bisa saja terkait dengan sistem rujukan. "Meskipun saat ini telah ada sistem rujukan, sistem yang ada belum disesuaikan situasi pandemi saat ini yang membutuhkan kecepatan penanganan," kata Riris.

Lantaran tidak adanya sistem rujukan yang cepat, menurut Riris, menjadikan layanan terhadap pasien COVID-19 kategori berat berjalan lambat sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kematian.

Sementara faktor lain, karena adanya varian baru COVID-19 yang dikabarkan memiliki tingkat penularan lebih tinggi.

"Namun, ini semua hipotetikal, mana yang memengaruhi secara riil di lapangan belum diketahui secara pasti,” jelasnya. 

Karena itu, sambung Riris, untuk menekan angka kasus kematian akibat COVID-19, tidak cukup hanya dengan mengevaluasi manajemen kasus terhadap kematian akibat COVID-19 di tanah air.

Masyarakat, katanya, juga diharapkan dapat mengambil bagian dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan mematuhi 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

“Masyarakat harus tetap menjalankan prokes, 5M, yang menjadi senjata unggulan untuk mencegah COVID-19,” tandas Riris.