Penambahan Kasus Positif COVID-19 Pecahkan Rekor, Ahli Minta Pembukaan Sektor Komersil Dipertimbangkan Kembali
Pasar tradisional (Foto: Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Rekor penambahan kasus positif COVID-19 kembali tercapai dengan menorehkan angka sebanyak 2.657 kasus dalam 24 jam terakhir. Melihat hal tersebut, pemerintah perlu mempertimbangkan pembukaan sektor komersial untuk mencegah meledaknya jumlah kasus positif COVID-19.

"Ini sudah saya imbau sejak lama (pembukaan sektor komersial, red). Ini jadi sangat penting karena saat ini sudah makin jelas potensi (penularan melalui, red) airborne," kata epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman dihubungi VOI, Kamis, 10 Juli.

Beberapa waktu lalu, World Health Organization (WHO) mengatakan virus corona baru penyebab COVID-19 bisa menyebar lewat udara, setelah didorong ratusan ilmuwan. Sebelumnya, WHO bersikeras virus hanya ditularkan melalui tetesan atau droplets ketika orang batuk atau bersin. 

Kembali ke Dicky, dia mengatakan sejumlah sektor komersial di tengah masyarakat yang akan dibuka kembali di tengah pandemi COVID-19 harus melakukan evaluasi terkait pelayanan mereka. Hal ini, sambungnya, juga harus dilakukan oleh bioskop di Jakarta yang akan dibuka meski penyebaran virus ini masih terjadi.

"Kalau mau dibuka harus melakukan beberapa evaluasi. Mulai dari sistem sirkulasi dan ventilasi udaranya. Pola pelayanannya seperti hanya online, pengaturan kapasitas, dan disinfeksi sebelum serta sesudah pertunjukan film berlangsung, aturan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak), dan jeda antar sesi pertunjukan yang cukup," jelasnya.

Dicky mengatakan, pemerintah harus terus bersiap dengan adanya potensi penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia. Dia bahkan memprediksi, penambahan ini akan terus terjadi hingga September mendatang. "Kecuali ada intervensi yang sangat kuat dan ketat disertai dengan kesadaran masyarakat," tegasnya.

Epidemiolog ini bahkan memperhitungkan pada Juli ini, Indonesia khususnya Pulau Jawa akan memasuki fase rawan penularan COVID-19. Fase ini akan terus terjadi selama tiga bulan dan disebabkan karena pemerintah telah menerapkan fase kenormalan baru yang menyebabkan mobilitas orang makin meningkat.

Dia juga membantah pernyataan pemerintah yang mengatakan peningkatan kasus ini terjadi karena tes masif yang dilakukan. Menurut Dicky, pemerintah sebenarnya malah belum mendeteksi kasus positif COVID-19 di masyarakat. Hal ini tampak dari positive rate yang berada di atas 10 persen.

"Jadi kasus positif banyak bukan karena tesnya yang banyak tapi karena banyak kasus infeksi COVID-19 di masyarakat," ungkapnya sambil meminta pemerintah terus meningkatkan pengetesan, pelacakan kasus, isolasi, dan mengedukasi masyarakat mengenai protokol kesehatan.

Lampu merah

Penambahan kasus yang begitu tinggi ini ditanggapi serius Presiden Joko Widodo. Menurut dia, penambahan ini harus jadi kewaspadaan bagi semua pihak. "Perlu saya ingatkan ini sudah lampu merah lagi," tegasnya dalam video yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden.

"Hari ini secara nasional kasus positif ini tinggi sekali, 2.657," imbuhnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini kemudian mengingatkan kepala daerah tidak mengendurkan kewaspadaan mereka dalam mencegah dan mengendalikan COVID-19. Hal ini juga berlaku bagi Provinsi Kalimantan Tengah yang jumlah akumulasi kasus positif COVID-19 mencapai 1.093.

Meski terhitung rendah, namun Jokowi meminta agar kasus di wilayah ini terus dikendalikan dengan baik dan pemerintah provinsi menjalankan manajemen krisis yang tegas. Selain itu, presiden juga mengingatkan pemerintah daerah harus mengajak masyarakat berperan aktif untuk melawan pandemi ini.

"(Kalau, red) rakyat tidak diajak semuanya untuk bekerja bersama menyelesaikan ini, hati-hati angka yang tadi saya sampaikan bisa bertambah banyak. Ini jangan dianggap enteng," ujarnya.

Sebelumnya, dengan penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 2.657 maka total kasus kumulatif COVID-19 di Indonesia mencapai 70.736. Adapun daerah terbanyak yang menyumbangkan angka pada Kamis, 7 Juli adalah Jawa Barat dengan total 962 kasus baru.

Angka ini didapatkan dari hasil tes yang keluar bersamaan dari klaster calon perwira TNI Angkatan Darat. Kemudian, pasien meninggal hari ini bertambah 58 orang, sehingga menjadi 3.417 pasien. Ada penambahan sebanyak 1.066 pasien sembuh, sehingga total menjadi 32.651 pasien.