JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri menyoroti penambahan kasus positif COVID-19 di Tanah Air yang sempat mencetak rekor pada 25 November yang menembus angka 5.345 per hari. Ia menilai, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih kurang serius menangani COVID-19.
"Kasus harian itu turun sebentar, tapi naik lagi. Nah jadi ini menunjukan betapa sampai sekarang pemerintah belum serius menangani COVID-19 ini. Harus diakui itu," katanya, dalam diskusi virtual, Kamis, 26 November.
Menurut Faisal, yang juga berbahaya adalah kasus aktif di Indonesia naik kembali mencapai level yang hampir sama dengan bulan Oktober kemarin, sebelum libur panjang. Virus ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan, 98,2 persen kabupaten/kota sudah terjangkit dan hanya 9 persen saja yang belum.
"Jadi kembali kita belum puncak gelombang I. Ini baru penurunan yang sebentar, tapi kemudian sudah naik lagi. Kita berharap tidak seperti Iran yang telah mengalami tiga gelombang," ucapnya.
Faisal mengaku mencermati data penambahan kasus positif. Ia mengatakan, penambahan kasus yang awalnya membutuhkan waktu 116 hari untuk mencapai 50 ribu, sekarang waktunya semakin singkat menjadi 12 hari dan kembali membaik di kisaran 15 hari. Namun, terakhir hanya butuh 11 hari untuk mencapai 500 ribu dari 450 ribu.
"Jadi memburuk kondisinya. Bagaimana kita memprediksi ekonomi, kalau kondisinya seperti ini. Kuncinya adalah di COVID-19, tidak diragukan lagi," katanya.
BACA JUGA:
Sekadar informasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis tambahan kasus positif COVID-19 terbaru per 25 November. Sebanyak 45.330 spesimen diperiksa hari ini. Hasilnya, ada 5.534 kasus positif COVID-19 baru.
Pertambahan kasus baru pada hari ini mencapai rekor baru. Sebelumnya, rekor kasus baru terjadi pada 13 November dengan pertambahan 5.444 kasus.
"Total akumulasi kasus positif sejak COVID-19 ditemukan di Indonesia mencapai 511.836 orang," demikian dikutip dari data Kemenkes, Rabu, 25 November.
Provinsi dengan kasus baru terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 1.273 kasus baru dan total 130.461 kasus. DKI Jakarta juga menjadi provinsi dengan akumulasi kasus terbanyak se-Indonesia.
Disusul oleh Jawa Tengah yang memiliki 1.008 kasus baru dengan total 50.321 kasus. Jawa Barat miliki 704 kasus baru dan total 49.706 kasus. Lalu, Jawa Timur miliki 402 kasus baru dan total 59.800 kasus.