Faisal Basri: UU Ciptaker Justru Menggemboskan Lapangan Kerja untuk Pekerja Indonesia
Ekonom senior Indef, Faisal Basri. (Foto: Kemenkominfo)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri menilai, Omnibus Law UU Cipta Kerja yang dibanggakan pemerintah karena dapat menarik investasi masuk dan membuka lapangan kerja luas untuk masyarakat Indonesia, nyatanya justru mempersulit masyarakat berkerja di negara sendiri.

Dia mengatakan, hal tersebut dibuktikan dengan keanehan data wisatawan asing yang masuk ke Indonesia per Sepetember 2020. Sebab, kedatangan wisatawan di bulan tersebut lebih banyak masuk melalui Bandara Sam Ratulangi Manado. Padahal, destinasi tersebut bukan daerah wisata.

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), kata Faisal, sebelum pandemi tepatnya bulan Januari, kedatangan turis melalui Bandara Sam Ratulangi hanya sebanyak 12.516 orang. Jumlah ini sangat jauh dibandingkan dengan kedatangan melalui Bandara Ngurah Rai, Bali yang mencapai 526.823 orang. Sedangkan, Soekarno-Hatta menempati urutan kedua dengan jumlah 173.453 orang.

Namun, kata Faisal, di bulan Juni posisinya justru terbalik. Wistawan mancanegara justru lebih banyak datang melalui Bandara Sam Ratulangi yaitu 267 orang, sedangkan melalui Ngurah Rai, Bali hanya 10 orang.

Sementara di bulan September, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia melalui Bandara Sam Ratulangi semakin meningkat, yakni mencapai 2.174 orang. Sedangkan yang masuk lewat Ngurah Rai, Bali jumlahnya hanya 8 orang. Padahal, Bali merupakan destinasi favorit turis mancanegara.

"Ini turis? Ya enggak mungkin. Ini pekerja China. Kenapa kita diem aja? Kok enggak ada yang teriak? Kok enggak ada yang merasa aneh? Katanya UU Cipta Kerja (membuka lapangan kerja), tapi menggembosi lapangan kerja Indonesia. Mereka ini ya (masuk) September, Oktober belum keluar datanya," tuturnya, dalam diskusi virtual, Rabu, 4 November.

Faisal mengatakan, tenaga kerja asal China yang masuk ke Indonesia tujuannya ke Morowali dan kedatangannya menggunakan carter pesawat. Berdasarkan pernyataan Menko Marves Luhut Bisar Pandjaitan, kata Faisal, mereka adalah tenaga ahli.

Namun, Faisal mengatakan, saat menyelidiki para tenega kerja China tersebut melalui situs PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), pekerja tersebut bukan pekerja yang memiliki kemampuan khusus. Melainkan, pekerja kasar.

Bahkan, kata Faisal, per September PT VDNI membuka lowongan pekerjaan untuk 607 pekerja, dengan syarat pendidikan minimal lulusan sekolah menengah pertama (SMP). Diperkirakan pekerja tersebut akan datang ke Indonesia di bulan Oktober.

"Di website itu tamatan SMP paling banyak atau SMA dan ketiga adalah sekolah teknik, usianya di bawah 45 tahun. Gajinya 7.000 yuan sampai 24 ribu yuan. Jabatannya keamanan, pekerja bongkar muat, koki, pengemudi eskafator, manajer gudang, ahli statistik, montir operator. Ini partai oposisi ke mana? DPR ke mana? Katanya melindungi rakyat, enggak ada yang membela mereka itu," ucapnya.