Bagikan:

JAKARTA - Otoritas kesehatan India mengumumkan penemuan 26 kasus dugaan perdarahan dan pembekuan, di antara penerima vaksin AstraZeneca, kendati jumlahnya relatif kecil dari 164 juta dosis yang diberikan, Senin 17 Mei.

Ini adalah pertama kalinya India melaporkan reaksi serius terhadap penggunaan vaksin, yang diberi merek secara lokal sebagai Covishield.

Melansir Reuters Selasa 18 Mei Komite Efek Samping India meninjau 498 kejadian efek samping yang serius dan parah, setelah pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca

"Dari jumlah tersebut ada 26 di antaranya berpotensi 'tromboemboli', yang berarti pembentukan gumpalan di pembuluh darah yang mungkin lepas dan menyumbat yang lain," terang Kementerian Kesehatan India.

Lebih jauh Kementerian Kesehatan India menerangkan, tingkat kejadian ini di India sebesar 0,61 persen per juta dosis. Angka ini jauh lebih rendah daripada di Inggris yang mencapai 4 per juta kasus, sementara di Jerman mencapai 10 per juta kasus. 

"Kasus pendarahan dan pembekuan setelah vaksinasi COVID di India sangat kecil dan sesuai dengan jumlah diagnosis yang diharapkan dari kondisi ini," terang kementerian dalam sebuah pernyataan yang mengutip data dari komite.

"Vaksin itu terus memiliki profil risiko manfaat positif yang pasti, dengan potensi luar biasa untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian akibat COVID-19," sambung kementerian, tanpa merinci sifat gumpalan yang ditimbulkan.

Diketahui, sejumlah negara di dunia memutuskan untuk menangguhkan atau membatasi pemakaian vaksin COVID-19 lansiran AstraZeneca, terkait kekhawatiran akan efek samping. Meski, para ahli menyebut manfaat vaksin ini tetap lebih besar dari efek sampingnya. 

Sementara itu, komite terkait belum menemukan reaksi terkait pembekuan setelah penggunaan vaksin Covaxin yang dikembangkan di dalam negeri. India diketahui telah memberikan hampir 19 juta penduduknya vaksin COVID-19 Covaxin.