Bagikan:

JAKARTA - Setelah dua kali menjalani tes, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinyatakan negatif COVID-19. Selama briefing di Gedung Putih pada Sabtu, 11 April, Trump menyatakan, dirinya mungkin akan mengonsumsi obat hydroxychloroquine untuk melawan COVID-19. Kata dia, obat tersebut memiliki efek perlindungan terhadap virus corona baru. Namun, para peneliti membantah pernyataan Trump.

Dalam kesempatan itu, Trump juga merekomendasikan agar orang-orang ikut mengonsumsi hydroxychloroquine, seperti dirinya. "Saya pikir orang-orang harus (mengonsumsi hydroxychloroquine)," katanya Trump, dikutip dari CNN, Senin 13 April.

"Jika itu saya, pada kenyataannya, saya akan tetap melakukannya. Saya boleh meminumnya ... Saya harus bertanya kepada dokter saya tentang itu. Tapi, mungkin saya akan menerimanya," tambah Trump. 

Trump mengatakan, pasien lupus yang sering mendapat perawatan dengan konsumsi obat hydroxychloroquine memiliki lebih sedikit risiko tertular COVID-19. Trump bahkan menyebut penelitian akan hal tersebut, meski cuma desas-desus. "Mungkin itu benar, mungkin juga tidak. Kenapa tidak menyelidiki kebenaran itu?"

Ilustrasi foto Trump di Gedung Putih (Instagram/@realdonaldtrump)

Tak dianjurkan ahli

Pada briefing itu, Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular menjelaskan bahwa pihaknya tidak memiliki informasi yang pasti untuk dapat berkomentar. Fauci menambahkan, hubungan antara lupus dan COVID-19 saat ini sedang diselidiki.

Para ahli tidak menyarankan penggunaan hydroxychloroquine sebagai pencegahan COVID-19 karena belum ada bukti yang menunjukkan obat tersebut dapat menangkal COVID-19. "Kami membutuhkan bukti dan sains, bukan ketakutan dan kegelisahan untuk mendorong keputusan ini," kata Dr. Saira Sheikh, direktur Program Penelitian Uji Coba Klinis di Universitas Carolina Utara. 

Selain itu, menurut ahli, hydroxychloroquine juga dapat menyebabkan efek samping dan bisa berbahaya bagi orang yang sehat jika digunakan secara tidak tepat tanpa indikasi, resep, atau pemantauan yang sesuai.

Hydroxychloroquine umumnya dianggap aman tetapi efek sampingnya benar-benar ada, menurut Dr. Jeffrey Sparks, seorang ahli reumatologi di Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School.

Efek samping termasuk perubahan irama jantung, yang dapat menyebabkan kematian mendadak, ruam parah, dan reaksi alergi berbahaya. "Saya pikir ini terlalu dini untuk benar-benar mendukung penggunaannya yang luas. Saya sendiri tidak akan mengesahkannya," tegas Sparks. 

Sebagai pengobatan untuk COVID-19, juga belum banyak penelitian tentang hydroxychloroquine. Tidak ada uji coba terkontrol secara acak dan sebagian besar data pada pasien telah diekstrapolasi dari studi kecil dan pusat tunggal. Meskipun tidak ada bukti pasti pada saat ini bahwa obat ini bekerja untuk pasien COVID-19, dokter telah melihat dampak dukungan Trump terhadap obat tersebut untuk digunakan melawan virus corona.

Sparks mengatakan beberapa pasien reumatologinya harus mencari hydroxychloroquine di berbagai negara karena obat tersebut mulai langka. 

"Dampak dari komentar Presiden Trump akan mengacaukan pasien yang memerlukan hydroxychloroquine untuk mengendalikan penyakit mereka," kata Dr. Alfred Kim, asisten profesor kedokteran dan reumatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis.

"Populasi pasien yang paling rentan adalah pasien lupus karena hydroxychloroquine adalah satu-satunya obat yang diketahui memperpanjang kelangsungan hidup pasien ini," katanya.

Dr Alfred Kim juga mengatakan, tidak ada penelitian yang dipublikasikan secara khusus melihat hubungan antara pasien lupus pada hydroxychloroquine dan COVID-19.

Satu hal yang Dr Kim temukan adalah kalimat dalam sebuah studi non-peer-review dari para peneliti di Wuhan, China, yang mengatakan mereka tidak memiliki pasien lupus yang terinfeksi COVID-19 dalam survei tindak lanjut mereka. Mereka tidak menunjukkan apakah pasien lupus ini termasuk dalam penelitian asli, yang melihat kemanjuran pengobatan hydroxychloroquine untuk COVID-19.

Dia menambahkan, tidak ada data dalam studi itu yang mendukung klaim Trump dan bahwa penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi lupus dan COVID-19, hanya hydroxychloroquine sebagai pengobatan untuk COVID-19 secara umum.