Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) teguh pada sikapnya menyalahkan China atas pandemi virus corona dan penyakit COVID-19 di dunia. Bagaimana pun, di mata AS, China adalah sumber dari segala petaka ini. Ada berbagai alasan yang membuat AS begitu yakin atas sikapnya, termasuk mengapa mereka membuat sejumlah istilah, seperti 'virus China' dan 'kung flu' yang merujuk pada wabah ini.

Duta Besar AS untuk Inggris, Woody Johnson, mengatakan bahwa China telah membahayakan dunia dengan menahan informasi tentang wabah COVID-19. Penahanan informasi itulah yang diyakini AS membuat dunia harus menanggung pandemi COVID-19. 

"Pertama, ia berusaha menahan berita itu (COVID-19)," kata Johnson dalam sebuah artikel, dilansir Reuters Kamis 26 Maret 2020. 

Selain itu, Johnson juga menyebut China terlalu selektif berbagi informasi penting. China juga dianggap menghalangi otoritas kesehatan internasional untuk menangani virus tersebut.

"Seandainya China melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat, penduduknya sendiri dan seluruh dunia, mungkin terhindar dari dampak paling serius dari penyakit ini," tambah Johnson. 

Presiden AS Donald Trump juga berkomentar senada. Menurut Trump, seharusnya China bertindak lebih cepat untuk memperingatkan dunia setelah terjadi wabah di sana. Trump juga menampik kecaman bahwa pelabelannya terhadap COVID-19 dengan 'virus China' adalah rasis.

Pekan lalu, Trump mengesampingkan pertanyaan wartawan terkait apakah potensi yang membahayakan bagi hubungan Asia-Amerika setelah ia mengatakan 'virus China'. Pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, secara pribadi juga menyebut COVID-19 dengan nama 'kung flu'.

"Ketika krisis akhirnya mereda, kita harus memeriksa hasilnya dan mengevaluasi biaya dari gangguan dalam kolaborasi internasional ini," kata Duta Besar Johnson.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa Presiden Donald Trump telah memperlihatkan 'komitmen politik' dan 'kepemimpinan' untuk memerangi epidemi yang berkembang di AS.

WHO juga memperingatkan bahwa AS bisa saja menjadi episentrum global pandemi. Peringatan tersebut diumumkan bersamaan dengan India yang mengumumkan lockdown nasional selama 24 jam di negara terpadat kedua di dunia itu.

Tedros, berbicara dalam konferensi pers, turut memuji "keputusan sulit tetapi bijaksana" terhadap Olimpiade Tokyo 2020 yang kini telah ditunda. Ia menambahkan penundaan tersebut baik dilakukan karena bertujuan untuk menjaga kesehatan atlet dan penonton.

"Kami telah mengatakan kepada dunia bahwa jendela peluang semakin menyempit dan waktu untuk bertindak sebenarnya lebih dari sebulan yang lalu, dua bulan lalu," kata Tedros.

“Tapi, kami masih percaya bahwa ada peluang. Saya pikir kita menyia-nyiakan jendela kesempatan pertama. Ini adalah kesempatan kedua yang tidak boleh kita sia-siakan dan lakukan segalanya untuk menekan dan mengendalikan virus ini," tegas Tedros.

Pejabat WHO juga terus memperingatkan bahwa dunia menghadapi kekurangan peralatan perlindungan pribadi bagi petugas kesehatan, terutama masker, sarung tangan, hazmet, dan pelindung wajah.