JAKARTA - Pejabat tinggi kontrol senjata Rusia pada Hari Jumat memperingatkan Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang akan datang, Moskow sedang mempertimbangkan berbagai langkah yang mungkin dilakukan terkait uji coba nuklir karena apa yang dikatakannya sebagai posisi radikal Trump dalam masalah ini.
Surat kabar Kommersant mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov, yang mengawasi pengawasan senjata, mengatakan Trump mengambil posisi radikal mengenai Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) selama masa jabatan pertamanya.
"Situasi internasional sangat sulit saat ini, kebijakan Amerika dalam berbagai aspeknya sangat tidak bersahabat dengan kami saat ini," kata Wamenlu Ryabkov, melansir Reuters 27 Desember.
"Jadi, pilihan tindakan kami untuk memastikan keamanan dan kompleksitas tindakan dan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mewujudkan hal ini - dan untuk mengirim sinyal yang sesuai secara politis, selain apa yang sedang dipertimbangkan oleh para praktisi - tidak mengandung pengecualian apa pun," urai Wamnelu Ryabkov.
Selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden pada tahun 2017-2021, pemerintahannya membahas apakah akan melakukan uji coba nuklir pertama Negeri Paman Sama sejak tahun 1992, demikian yang dilaporkan Washington Post pada tahun 2020.
BACA JUGA:
Rusia sendiri pasca-Soviet belum pernah melakukan uji coba nuklir. Uni Soviet terakhir kali melakukan uji coba pada 1990.
Presiden Vladimir Putin mengatakan, Rusia akan mempertimbangkan untuk menguji coba senjata nuklir jika Amerika Serikat melakukannya.
Sejak Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, hanya beberapa negara yang telah menguji coba senjata nuklir, menurut Asosiasi Pengendalian Senjata: Amerika Serikat terakhir kali melakukan uji coba pada tahun 1992, China dan Prancis pada tahun 1996, India dan Pakistan pada tahun 1998 serta Korea Utara pada tahun 2017.