Sempat Mencapai 31.255 Buah, Hulu Ledak Nuklir Amerika Serikat 'Tinggal' 3.750
Ilustrasi silo ICBM Titan II di Titan Missile Museum Arizona, Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/Steve Jurvetson)

Bagikan:

JAKARTA - Untuk pertama kalinya Amerika Serikat mengungkap jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki, setelah mantan presiden Donald Trump menutup data tersebut selama empat tahun terakhir.

Data ini diungkap oleh Departemen Luar Negeri pada Hari Selasa kemarin. Hingga 30 September 2020, militer negara itu memiliki total 3.750 hulu ledak nuklir aktif dan tidak aktif.

Jumlah total hulu ledak nuklir ini berkurang 55 dari jumlah tahun sebelumnya, dan berkurang 72 buah dari jumlah di tanggal yang sama pada tahun 2017 silam.

Angka tersebut juga merupakan level terendah sejak persediaan nuklir Amerika Serikat mencapai puncaknya pada puncak Perang Dingin dengan Rusia pada tahun 1965, di mana saat itu total hulu ledak nuklir Negeri Paman Sam mencapai 31.255 hulu ledak.

Angka-angka itu dirilis di tengah upaya Pemerintahan Presiden Joe Biden, untuk memulai kembali pembicaraan kontrol senjata dengan Rusia setelah terhenti di bawah Donald Trump.

"Meningkatkan transparansi cadangan nuklir negara-negara bagian penting untuk upaya non-proliferasi dan perlucutan senjata," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, mengutip France 24 dari AFP.

Donald Trump, yang menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir dengan Iran dan perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) dengan Rusia, juga meninggalkan pakta penting lainnya, New Start Treaty tahun lalu sebelum dijadwalkan berakhir pada 5 Februari.

bom nuklilr
Ilustrasi bom nuklir B-61 milik Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/United States Department of Defense/SSGT Phil Schmitten)

New Start membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dikuasai oleh Washington dan Moskow. Membiarkannya pakta tersebut kedaluwarsa, dapat memicu pembalikan pengurangan hulu ledak di kedua sisi.

Donald Trump mengatakan, dia menginginkan kesepakatan baru yang mencakup China, yang hanya memiliki sebagian kecil dari hulu ledak yang dimiliki Amerika Serikat dan Rusia.

Sementara, Presiden Biden, yang mulai menjabat pada 20 Januari, segera mengusulkan perpanjangan lima tahun ke New Start, yang dengan cepat disetujui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kesepakatan itu membatasi 1.550 jumlah hulu ledak nuklir yang dapat digunakan oleh Moskow dan Washington.

Pekan lalu, diplomat Rusia dan Amerika Serikat mengadakan pembicaraan tertutup di Jenewa, Swiss, untuk memulai diskusi tentang penerus New Start dan juga kontrol pada senjata konvensional.

Seorang pejabat Amerika Serikat menyebut pembicaraan itu 'produktif', dengan kedua belah pihak mengatakan fakta mengadakan pembicaraan itu positif.

Menurut penghitungan Januari 2021 oleh Stockholm International Peace Research Institute, yang mencakup hulu ledak yang sudah dipensiunkan, tidak dihitung dalam jumlah Departemen Luar Negeri, Amerika Serikat memiliki 5.550 hulu ledak, dibandingkan dengan 6.255 di Rusia, 350 di China, 225 di Inggris dan 290 di Prancis.

Adapun India, Pakistan, Israel dan Korea Utara bersama-sama memiliki sekitar 460 hulu ledak nuklir, menurut institut tersebut.