Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak 44 orang dilarikan ke rumah sakit (RS) selama aksi protes penangguhan Georgia masuk Uni Eropa (UE) yang telah masuk hari ketiga pada Minggu 1 Desember waktu setempat.

Mengutip AP, Senin 2 Desember, Ppuluhan ribu demonstran berkumpul di luar gedung Parlemen Georgia pada Sabtu 30 November malam.

Massa aksi melempar batu dan menyalakan kembang api, sementara polisi membalasnya dengan menembakan meriam air dan gas air mata.

Massa juga membakar patung pendiri Partai Impian Georgia yang kini berkuasa di pemerintahan, Bidzina Ivanishvili, seorang miliarder yang meraup kekayaannya di Rusia.

Kementerian Dalam Negeri Georgia menjelaskan 44 orang yang dirawat di RS terdiri dari 27 demonstran, 16 polisi dan satu pekerja media.

Perdana Menteri Georgia, Irakli Kobakhidze memperingatkan peserta aksi dengan tetap mematuhi aturan atau ancaman hukum akan menanti.

"Setiap pelanggaran hukum akan ditindak dengan hukum yang sangat ketat," kata Kobakhidze dalam pernyataannya, Minggu 1 Desember.

"Para politikus yang bersembunyi di kantor mereka dan mengorbankan anggota kelompok kekerasan mereka untuk hukuman berat juga tidak akan lepas dari tanggung jawab," sambungnya.

Kobakhidze juga membantah isu Georgia telah menghentikan negosiasinya masuk Uni Eropa.

"Satu-satunya hal yang kami tolak adalah pemerasan yang memalukan dan menyinggung, yang sebenarnya merupakan hambatan signifikan bagi integrasi negara kami di Eropa," kata Kobakhidze.

Sebelumnya, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kalla Marta Kos merilis pernyataan bersama pada hari Minggu mengenai keputusan pemerintah Georgia untuk menangguhkan negosiasi masuk Uni Eropa.

"Kami mencatat bahwa pengumuman ini menandai perubahan dari kebijakan semua pemerintah Georgia sebelumnya dan aspirasi Eropa dari sebagian besar rakyat Georgia, sebagaimana tercantum dalam Konstitusi Georgia," kata pernyataan tersebut Uni Eropa tersebut.

Pernyataan tersebut juga menegaskan kembali "kekhawatiran serius Uni Eropa tentang kemunduran demokrasi yang terus-menerus di negara tersebut" dan mendesak otoritas Georgia untuk "menghormati hak atas kebebasan berkumpul dan kebebasan berekspresi, dan menahan diri dari penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai, politisi, dan perwakilan media."

Pemilu Georgia Dituding Curang

Kemenangan Partai Impian dalam Pemilu Georgia 2024 pada 26 Oktober dipandang sebagai referendum atas aspirasi Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa. Isu itu memicu demonstrasi besar dan menyebabkan boikot parlemen oleh partai oposisi.

Oposisi mengatakan bahwa pemungutan suara tersebut dicurangi dengan bantuan Rusia lewat mantan penguasa kekaisaran Georgia, agar pemerintahan Georgia tetap berada dalam orbitnya.

Berbicara kepada AP pada hari Sabtu pekan lalu, Presiden Georgia yang pro-Barat, Salome Zourabichvili mengatakan, Georgia tengah menjadi negara yang "dikuasi-Rusia" dan Partai Mimpi Georgia mengendalikan lembaga-lembaga utama.

"Kami tidak menuntut revolusi. Kami meminta pemungutan suara pemilihan umum ulang, tetapi dalam kondisi yang akan memastikan bahwa keinginan rakyat tidak akan disalahartikan atau dicuri lagi," kata Zourabichvili.

Georgia mendapat status kandidat menjadi negara Uni Eropa pada Desember 2023 dengan syarat memenuhi rekomendasi persatuan tersebut.

Namun, Georgia menetapkan kebijan untuk menunda aksesinya dan memotong dukungan finansial awal tahun ini kepada Uni Eropa setelah disahkannya undang-undang "pengaruh asing" yang disebut-sebut sebagai pukulan terhadap kebebasan demokratis.