Bupati Mengeluh, Belum Ada Kiriman Alat Berat Evakuasi Korban Banjir Bandang Flores Timur
Sisa banjir bandang di Flores Timur NTT (Foto via ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Proses pencarian dan evakuasi korban bencana banjir bandang di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur masih dilakukan. Namun, ada satu kendala yang menyulitkan proses evakuasi.

Bupati Flores Timur, Antonius Hubertus Gege Hadjon, mengeluhkan belum adanya kiriman alat berat dari pemerintah pusat untuk memudahkan pengangkatan material yang terseret arus banjir, agar sejumlah warga yang hilang bisa segera ditemukan.

"Setelah kita melakukan pencarian kemarin, yang  menjadi prioritas sekarang adalah pembukaan alat berat menjadi kebutuhan untuk membuka akses ke lokasi bencana," kata Anton saat dihubungi, Senin, 5 April.

Selain itu, Anton menyebut warganya juga membutuhkan bantuan logistik, obat-obatan, serta perlengkapan tidur berupa kasus dan selimut untuk para pengungsi.

Saat ini, pengungsi ditempatkan di Gereja Kristus Raja Waiwerang, Gedung Sekolah SMA Surya Mandala, Kapela dan Puskesmas Desa Wiburak, serta tiga titik pengungsian lainnya di Desa Nele Lama Dike.

Anton menuturkan, sulitnya para korban dan pengungsi menerima bantuan disebabkan enam jembatan yang menghubungi Pulau Adonara yang meruapakan lokasi bencana saat ini terputus.

Kondisi ini diperparah dengan longsor yang juga menutup akses dan jalan utama menuju lokasi bencana. Di sisi lain, akses perjalanan laut juga masih belum bisa dipakai lantaran gelombang tinggi dan cuaca ekstrim.

"Kita sedikit terhambat (mendistribusikan bantuan) karena akses jalan laut dan darat terputus. Jalan laut gelombang masih tinggi, kemudian jalan darat putus karena  jembatan roboh dan longsor menutup jalan," ujar dia.

Banjir bandang menerjang dua desa di Flores Timur pada Minggu, 4 April pukul 01.00 WITA. Banjir bandang yang dipicu intensitas hujan tinggi itu, menerjang antara lain Desa Nelelamadike di Kecamatan Ile Boleng, Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur, Desa Oyang Barang dan Pandai di Kecamatan Wotan Ulumado serta Desa Waiwadan dan Duwanur di Kecamatan Adonara Barat.

Tercatat hingga Minggu, 4 April sekitar pukul 22.00 WIB, sudah ada kroban yang  ditemukan dalam kondisi meninggal dunia bertambah menjadi 54 orang. Lalu, 9 orang luka-luka, dan 49 keluarga terdampak.