JAKARTA - Departemen Luar Negeri AS pada hari Rabu memperingatkan bahwa tidak dapat diterima jika serangan militer Israel di Lebanon selatan berubah menjadi situasi yang mirip dengan invasinya ke Jalur Gaza.
"Kita tidak dapat dan tidak boleh melihat situasi di Lebanon berubah menjadi situasi seperti di Gaza. Itu, tentu saja, tidak dapat diterima," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller ketika ditanya tentang komentar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sehari sebelumnya, melansir Reuters 10 Oktober.
"Saya tegaskan bahwa tidak boleh ada tindakan militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza dan menghasilkan hasil yang mirip dengan Gaza," tegasnya.
PM Netanyahu mengatakan pada hari Selasa dalam sebuah pesan video yang ditujukan kepada rakyat Lebanon, Hizbullah lebih lemah daripada sebelumnya selama bertahun-tahun dan mendesak rakyat Lebanon untuk "merebut kembali negara Anda."
"Jangan biarkan teroris ini menghancurkan masa depan Anda lebih dari yang telah mereka lakukan," kata PM Netanyahu.
"Anda memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Lebanon sebelum jatuh ke jurang perang panjang yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang kita lihat di Gaza. Tidak harus seperti itu," tandasnya.
Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerbu wilayah selatan Israel, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya disandera menurut perhitungan Israel.
Sebagai tanggapan, Israel melakukan blokade, serangan udara dan bombardir tanpa pandang bulu, hingga operasi darat di wilayah kantong Palestina itu.
BACA JUGA:
Otoritas kesehatan Gaza pada Hari Kamis mengumumkan jumlah korban tewas Palestina akibat serang Israel sejak konflik terbaru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 42,065 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 97,886 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.
Adapun kelompok militan Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel pada 8 Oktober lalu, dengan mengatakan solidaritas kepada Hamas.
Balasan Israel membuat saling serang lintas batas berlangsung hampir setahun, dengan beberapa waktu lalu eskalasi meningkat seiring dengan serangan udara dan disusul operasi darat Israel ke wilayah Lebanon.