Bagikan:

JAKARTA - Wartawan Amerika Serikat Samuel Mena dari Arizona yang mencoba membakar diri di Washington D.C akhir pekan lalu mengatakan, ia merasa kewalahan dengan cara media AS dan juga dirinya sendiri, membingkai perang Israel di Gaza dan pembunuhan warga Palestina yang tidak bersalah.

Mena menghadiri protes pro Palestina Hari Sabtu lalu, memberikan pidato tentang objektivitas dan sikap memihak kedua belah pihak, mengecam ruang redaksi media-media Amerika atas liputan mereka terhadap perang tersebut.

"Kitalah, para jurnalis Amerika, melalui kelalaian malas atau melalui pengaruh korporat yang paling buruk, yang menciptakan lingkungan, menginkubasi, dan membawa alat yang akan digunakan oleh para pemimpin pemerintahan kita untuk membongkar kebenaran dunia tempat kita hidup,” ujar Mena dalam pidatonya, yang diunggahnya secara online sehari sebelum aksi Hari Sabtu, dikutip dari Middle East Eye 10 Oktober.

"Untuk 10 ribu anak di Gaza yang kehilangan anggota tubuh dalam konflik ini, saya berikan lengan kiri saya kepada kalian. Saya berdoa agar suara saya dapat mengangkat suara kalian, dan agar senyum kalian tidak pernah hilang," kata Mena sebelum membakar lengan kirinya.

Petugas polisi dan masyarakat di dekatnya bergegas memadamkan api, saat tangan Mena mulai terbakar, dengan Mena kemudian dilarikan dan dirawat di rumah sakit. Lukanya tidak mengancam jiwa.

Konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerbu wilayah selatan Israel, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya disandera menurut perhitungan Israel, dikutip dari Reuters.

Sebagai tanggapan, Israel melakukan blokade, serangan udara dan bombardir tanpa pandang bulu, hingga operasi darat di wilayah kantong Palestina itu.

Otoritas kesehatan Gaza pada Hari Rabu mengumumkan jumlah korban tewas Palestina akibat serang Israel sejak konflik terbaru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 42.010 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 97.720 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.

Pasukan Israel telah mengebom sekolah, tempat penampungan PBB, masjid, bangunan tempat tinggal, dan mengepung rumah sakit. Serangan Israel juga menewaskan pekerja PBB, pekerja bantuan kemanusiaan internasional, dokter dan wartawan.

Namun, sebagian besar media Amerika telah membingkai perang Israel sebagai perang melawan Hamas, bukan Gaza secara keseluruhan.

"Sebuah wilayah seluas 139 mil persegi telah diratakan, namun, anak-anak masih bangkit dari abu rumah yang pernah mereka kenal, dan bersumpah untuk membalas dendam kepada para pembunuh orang yang mereka cintai, dan kami para jurnalis Amerika menyebutnya sebagai perang melawan Hamas," ujar Mena dalam pidatonya.

"Berapa banyak orang Palestina yang terbunuh yang saya biarkan dicap sebagai Hamas? Berapa banyak pria, wanita, dan anak-anak yang dihantam dengan rudal yang ditandatangani oleh media Amerika? Ditandatangani oleh 'Samuel Mena Jr?" tandasnya.

Sementara itu, Arizona Family, perusahaan tempat Mena bekerja, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situs webnya, Mena bukan lagi karyawan mereka.

"Arizona Family mengharapkan karyawan redaksi untuk bersikap netral dan obyektif. Mena bukan lagi seorang karyawan," kata perusahaan itu.

Demonstrasi yang dihadiri Mena adalah untuk memperingati satu tahun sejak dimulainya perang Israel di Gaza.

Diketahui, Mena adalah orang kedua yang membakar dirinya sendiri di Washington D.C sebagai protes terhadap perang Israel di Gaza.

Sebelumnya, Aaron Bushnell, anggota Angkatan Udara AS yang masih bertugas, meninggal pada Bulan Februari setelah membakar diri di depan Kedutaan Besar Israel.