JAKARTA - Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan, dua belas bulan perang brutal telah mengubah Jalur Gaza menjadi lautan puing yang tak dapat dikenali, dan kuburan bagi puluhan ribu orang, kebanyakan anak-anak.
"Satu tahun telah berlalu dan tidak ada hari berlalu tanpa keluarga-keluarga di Gaza mengalami penderitaan yang tak terkatakan, karena pengungsian paksa, penyakit, kelaparan, dan kematian telah menjadi norma sehari-hari bagi 2 juta orang yang terjebak di daerah kantong yang dibom dan dikepung," kata Lazzarini dalam unggahan di x, dilansir dari WAFA 8 Oktober.
"Di Gaza, warga sipil terus menanggung beban perang. Lebih dari 220 anggota tim UNRWA telah tewas: jumlah korban tewas tertinggi dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa," jelasnya.
Lazzarini menekankan, anak-anak adalah pihak pertama dan paling menderita.
"Selain pembunuhan dan cedera, setiap anak di Gaza mengalami trauma, banyak di antaranya memiliki bekas luka yang tidak terlihat seumur hidup. Lebih dari 650.000 anak kehilangan satu tahun lagi untuk belajar. Alih-alih berada di ruang kelas, mereka harus berjuang di antara puing-puing dengan putus asa dan takut," urai Lazzarini.
Lazzarini memperingatkan, penghancuran infrastruktur penting di Gaza juga telah mencapai tingkat yang sangat parah.
Komisaris Jenderal UNRWA menambahkan, lebih dari dua pertiga gedung UNRWA di Gaza telah hancur dan dianggap tidak dapat digunakan, sebagian besarnya digunakan untuk melindungi orang-orang yang mengungsi di bawah bendera PBB.
BACA JUGA:
Terpisah, otoritas kesehatan Gaza mengumumkan pada Hari Senin, korban tewas Palestina di Gaza hingga kemarin mencapai 41.909 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 97.303, dengan mayoritas korban adalah perempuan serta anak-anak, sejak konflik terbaru pecah 7 Oktober 2023.