Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Inggris memutuskan untuk menarik keluarga staf kedutaan besarnya yang bekerja di Israel, saat eskalasi pertempuran antara Israel dan Hizbullah meningkat, serta risiko konflik regional yang lebih luas.

Keputusan ini diambil setelah Israel mengirim pasukan ke Lebanon selatan, pembunuhan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dan serangan rudal Iran ke Israel.

"Sebagai tindakan pencegahan menyusul eskalasi di wilayah tersebut, anggota keluarga staf Kedutaan Besar Inggris telah ditarik untuk sementara waktu," demikian bunyi halaman web nasihat perjalanan dari Kementerian Luar Negeri Inggris untuk Israel, melansir Reuters 7 Oktober.

"Anggota staf kami tetap tinggal," lanjut pengumuman itu.

Roket-roket kelompok militan Hizbullah menghantam kota terbesar ketiga Israel, Haifa, pada Hari Senin pagi, ketika negara itu tampaknya siap untuk memperluas serangan daratnya ke Lebanon.

Inggris menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke daerah yang dekat dengan perbatasan dengan Gaza dan "semua perjalanan kecuali perjalanan penting" ke bagian lain Israel dan Wilayah Palestina yang Diduduki karena konflik yang telah berlangsung selama setahun antara Israel dan Hamas.

Namun, warga negara Inggris yang tinggal di Israel tidak diminta untuk pergi. Meski demikian, mereka diberitahu bantuan konsuler "sangat terbatas".

"Kami menyadari bahwa ini adalah situasi yang bergerak cepat dan menimbulkan risiko yang signifikan," demikian bunyi imbauan tersebut.

"Kami sangat menganjurkan Anda untuk memastikan bahwa Anda dan tanggungan Anda memiliki dokumentasi yang diperlukan untuk melakukan perjalanan dalam waktu singkat," pungkasnya.