Arteria Dahlan Sebut BIN dan Polri Tak Gagal, Rencana Aksi Teror di Lokasi Strategis Berhasil Dipatahkan
Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan (Foto: ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota DPR RI Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan mengatakan aksi teror yang terjadi di dua lokasi berbeda pada sepekan belakangan gagal dilakukan.

Alih-alih menebar ketakutan, teror yang terjadi di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri justru membuat masyarakat makin solid.

"Ini aksi teror yang gagal saya katakan dan saya sangat mengutuk keras, mengecam aksi bom bunuh diri termasuk kejadian yang terjadi di Mabes Polri. Saya katakan ini aksi biadab, melawan nilai kemanusiaan, dan nilai moral," kata Arteria dalam sebuah acara diskusi yang ditayangkan secara daring di YouTube, Sabtu, 3 April.

Dia juga mengatakan telah meminta Polri, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang merupakan mitra Komisi III DPR RI, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mengambil tidakan tegas terstruktur dalam menanggulangi tindakan teror.

"Kalaupun harus membuat mati, biarkanlah. Karena ada kepentingan yang lebih besar yang harus dihadapi," tegasnya.

Lebih lanjut, Arteria membantah adanya tudingan sejumlah pihak jika intelijen maupun Polri telah kebobolan dalam menghadapi aksi teror yang terjadi selama sepekan ini. Menurutnya, di tengah keterbatasan, semua pihak telah bekerja dengan maksimal dan hal ini harus diapresiasi.

"Teman-teman di Polri, BIN, BNPT ini kerja bareng mereka. Kalau enggak, jebolnya banyak," ungkap dia.

"Saya tahu banyak info yang enggak bisa saya sampaikan ke ruang publik, ada ancaman teror begitu banyak di beberapa titik yang sangat strategis dan kejadian ini sudah diprediksi. Tapi teman-teman tahu banyak titik yang mereka akan serang dan tidak terjadi. Jadi itu prestasi," sambung Arteria.

Sehingga, sebagai anggota dewan dia memberikan nilai hampir sempurna bagi upaya mengatasi aksi teror ini. "Kalau ditanya skala sukses dalam mengatasi tindak pidana terorisme, saya hanya ini mengatakan ini sudah 9,5 nilainya," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, selama sepekan ini ada dua aksi teror yang terjadi dalam waktu berdekatan. Teror pertama adalah pengeboman di depan Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada Minggu, 28 Maret ketika umat katolik merayakan Minggu Palma.

Teror bom Makassar diketahui dilakukan oleh  pasangan suami istri yang terafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Sementara aksi kedua terjadi di Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret lalu. pelaku penyerangan Mabes Polri merupakan seorang perempuan berusia 25 tahun yang bergerak sendiri atau lone wolf dan terafiliasi dengan ISIS.