Bagikan:

JAKARTA - Kematian tragis pegawai wanita perusahaan konsultan di India berusia 26 diduga lantaran stres terkait rutinitas memicu buah bibir di kalangan pekerja tentang lingkungan tempat kerja yang toxic atau tidak sehat.

Kejadian itu juga membuat saling tukar cerita antar pekerja di India tentang kantor mereka yang mengagungkan lembur berlebihan dan budaya merendahkan pegawai.

Salah satunya Nayantara Menon Bagla, seorang koki dan ahli nutrisi yang tinggal di Bengaluru berbagi kisahnya saat bekerja di salah satu hotel mewah di India.

Tanpa menyebutkan nama hotel mewah itu, Bagla mengatakan sempat merasakan tekanan tinggi bekerja di sana. Ia dan rekan-rekannya merasakan dihukum tidak wajar saat terlambat masuk kantor.

Mereka yang telat dipaksa berdiri dengan tangan terangkat selama dua jam sekaligus diperintah untuk membersihkan lemari es dengan tangan kosong.

Bahkan Bagla mengatakan hotel tersebut meminta karyawannya bekerja selama 18 hingga 20 jam. Dia bilang, tidak ada waktu istirahat normal meski dalam keadaan darurat pribadi.

"Ketika saya dilantik di hotel mewah itu, direktur program mengatakan kepada kami, 'Selamat datang di neraka'," kata Bagla yang diwawancara majalah The Nod dikutip dari Hindustantimes, Rabu 25 September.

Hotel mewah tersebut tidak hanya menormalkan lembur tetapi juga memperkuat norma-norma gender yang sudah ketinggalan zaman.

Bagla mengklaim diminta manajeman hotel mewah tersebut untuk menurunkan berat badan dan pegawai wanita diharapkan 'tunduk di dapur'.

“Tentu, dapur dan restoran adalah lingkungan yang penuh tekanan, tetapi tidak boleh sampai menutupi kasus bunuh diri atau perundungan massal. Kesehatan mental bahkan tidak dibahas,” sambungnya.

Adapun pegawai wanita perusahaan konsultan Ernst & Young di India yang meninggal bernama Anna Sebastian. Seorang mantan karyawan tempat Anna bekerja mengungkapkan shift kerja selama 18 jam merupakan norma di firma konsultan tersebut.