JAKARTA - Siang ini, warga Jakarta digegerkan dengan adanya isu soal seorang karyawan dari China di PT Huawei Tech Investment terjangkit virus corona. Kejadian itu disebut terjadi di gedung perkantoran BRI 2 tepatnya di lantai 19.
Lokasi itu sempat ramai. Sejumlah kantor yang ada di gedung itu melakukan sejumlah antisipasi, salah satunya membagikan masker kepada karyawannya. Masker ini dibagikan sekitar pukul 13.30 WIB, saat makan siang.
"Sekitar jam setengah 2, ada pembagian masker. Itu pun tidak semua yang karyawan yang menggunakan," ucap Arif kepada VOI di Gedung BRI 2, Kamis, 23 Januari.
Dia menambahkan, meski dibagikan masker dan diberitahukan ada informasi soal virus corona, tak ada kepanikan dari para karyawan di gedung ini.
Pernyataan serupa juga diucapkan oleh seorang petugas keamanan gedung BRI 2, Firmansyah. Kata dia, aktivitas karyawan yang ada di gedung ini berjalan normal.
"Karyawan di sini aktivitasnya seperti bisa. Mereka pulang sesuai jadwal setiap hari. Jadi tidak ada yang aneh," kata Firman.
BACA JUGA:
Corporate Secretary Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hari Purnomo mengatakan, isu virus corona itu tidak benar. Sebab, hasil pemeriksaan dokter, pegawai Huawei ini yang diisukan itu terjangkit virus itu tidak terbukti.
"Pekerja Huawei tersebut telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis dan dari hasil diagnosa rumah sakit, dinyatakan bahwa pekerja tersebut terserang radang tenggorokan," jelas Hari dalam keterangan tertulisnya.
Dia juga menegaskan, Bank BRI mengedepankan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Perkantoran bagi para pekerjanya. Apalagi, hal ini sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 48 Tahun 2016.
Gejala virus corona menyebabkan demam, batuk, dan kesulitan bernapas. Bahkan, saat ini belum tersedia vaksin untuk virus tersebut.
Wabah virus Corona disebut-sebut pertama kali terjadi di salah satu pasar makanan laut di Wuhan, China. Kini, virus itu disebut sudah menyebar ke sejumlah negara.
Hingga tanggal 21 Januari, telah ditemukan 224 kasus dengan 4 kasus kematian. Negara lain yang telah ditemukan kasus ini adalah Jepang (1 kasus), Korea Selatan (1 kasus), dan Thailand (2 kasus).