Mengenal Bendungan Bawah Tanah Bribin, Solusi Mengatasi Kekeringan di Gunung Kidul
Ilustrasi (Foto: Instagram @kemenpupr)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, Selasa, 30 Maret, media sosial Kementerian PUPR mengunggah ilustrasi tentang Bendung Sungai Bawah Tanah  (BSBT) Goa Bribin atau yang dikenal dengan Bendungan Bribin.

Bendungan ini berguna untuk pengairan warga di di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. 

Dalam unggahan itu, disebutkan bahwa Bendungan Bribin adalah bendungan bawah tanah yang dimiliki Indonesia. 

Untuk menuju lokasi bendungan, kita harus menggunakan elevator menuju bawah tanah dengan kedalaman sekitar 100 meter.

Bendungan yang dibangun pada tahun 2004 atas kerja sama Indonesia dan Jerman ini dilengkapi dengan mesin bor berdiameter 2,49 meter, turbin, dan 4 unit pompa. 

Bendungan ini bekerja dengan cara membendung air di dalam gua bawah tanah Bribin yang dialirkan ke permukaan untuk ditampung ke dalam reservoir. 

Air tersebut kemudian disalurkan ke desa-desa sekitar bendungan untuk memenuhi kebutuhan warga desa.

Adanya Bendungan Bawah Tanah Bribin menjadi salah satu solusi untuk mengatasi bencana kekeringan yang kerap terjadi di Gunung Kidul.

Melansir situs PUPR, pembuatan bendungan ini menggunakan anggaran Rp 38 miliar. 

Pembangunan Proyek ini melibatkan instansi lain seperti  Kementerian PU, Batan, Provinsi DIY dan pemerintah Jerman.

Pejabat Pembuat Komitmen Proyek Pengembangan Air Baku Provinsi DIY,  Sahrial mengatakan, teknologi yang digunakan untuk proyek Bribin ini merupakan yang pertama di dunia. 

Ke depan, apabila rekayasa teknologi ini berhasil diterapkan di PSBT Bribin, kemungkinan akan diterapkan untuk proyek serupa di daerah-daerah lain di Indonesia. 

Dijelaskannya, dari Goa Bribin ini, air sungai bawah tanah akan dialirkan melalui pipa-pipa dengan sistem gravitasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Gunung Kidul yang rawan air.

Sahril menjelaskan, Air baku dari Goa Bribin diperuntukkan bagi 97 ribu jiwa yang tersebar di 13 Desa dan 5 Kecamatan. 

Dengan kapasitas debit air sebesar 800 liter per detik, yang disalurkan melalui sistim perpipaan hanya 10 persennya. Selebihnya dibiarkan mengalir untuk dimanfaatkan masyarakat di bagian hilir. 

Selain diperuntukkan untuk penyediaan air baku, air bawah tanah ini juga dimanfaatkan bagi keperluan irigasi dan pembangkit tenaga listrik. 

Untuk itu, perlu diupayakan dan ditingkatkan pengembangan air tanah dan air sungai bawah tanah melalui berbagai tahapan Studi, Perencanaan Detail serta konstruksinya. 

Dengan dimanfaatkannya sumber air tanah bawah sungai (Gua Bribin) oleh masyarakat Gunung Kidul nantinya, diharapkan mampu mencukupi kebutuhan permasalahan air baku yang selama ini sulit diperoleh  khususnya di wilayah Kecamatan Semanu.