Bagikan:

JAKARTA – Persoalan Hifdudin (26) dipasung warga Kampung Galian, Sukamurni, Cikarang, Kabupaten Bekasi tak lepas dari masalah perundungan (bully). Cerita mengapa Hifdudin dibully, karena kondisi rumah tangga yang tak seindah dibayangkan.

Marisa, warga Kampung Galian menceritakan, saat Hifdudin duduk di bangku SMP kondisi ayahnya, Tony, tidak baik-baik saja. Sang ayah mengalami gangguan jiwa sehingga berdampak pada rumah tangganya.

Ibu Hifdudin pergi meninggalkannya begitu saja, seperti pergi dari kenyataan. Sejak saat itu, Hifdudin tinggal di rumah neneknya, ibu kandung Tony.

Realita kehidupan Hifdudin menjadi bahan ejekan. Banyak temannya yang mengolok-olok Hifdudin karena ayahnya depresi. Dia sering diejek dengan sebutan ‘orang gila’. Itu yang membuat Hifdudin pilih menyindiri di rumahnya. Dia menjauhi teman-temannya karena tidak tahan dibully.

“Kalau keluar rumah dikata-katain ‘orang gila, ‘stres’ jadi dia merasa tersakiti. Menghindar, di dalam rumah saja,” ungkap Marisa.

Seiring berjalannya waktu, Hifdudin mengalami perubahan. Dia mulai berbicara sendiri dan sering mengamuk. Seperti depresi dengan kehidupan yang dialaminya.

“Lama-lama dia (korban) suka ngamuk sendiri. Dibawa ke RSJ Grogol. Kalau dulu masih anak-anak obatnya rajin diminum,” ucapnya.

Rutinitas berobat ke RSJ Grogol kian lama dirasa berat oleh pihak keluarga. Sebab, kondisi keuangan yang tidak mumpuni. Kendala beli obat dan ongkos ke rumah sakit yang sulit dijangkau.

“Pas obat abis kumat lagi. Karena kan mau ke rumah sakit, tebus obatnya jauh. Jadi dia engga ada uang nebus obatnya. Obat sudah habis ya sudah. Jadi lama kumat lagi sampai dipasung juga. Diiket-iket,” tutur Marisa.

Marisa juga mengatakan, pihak kelurahan setempat sempat membantu Hifdudin berobat di RSJ Grogol, dan membuahkan hasil. Hifdudin membaik dan menikah setelah beberapa lama kemudian.

“Tapi saat anaknya lahiran. Kontrak kerja dia habis, dia engga punya uang, akhirnya kumat lagi. Sampai anak dan istrinya dibilang iblis. Dia mau ngebunuh,” cerita Marisa kepada VOI.

Karena takut, istri Hifdudin memilih pergi dari rumah dan membawa balitanya. Situasi itu membuat Hifdudin tertekan dan mengamuk, sehingga warga pun memutuskan untuk kembali memasungnya.

“Dia dipasung lagi, karena sudah mulai meresahkan warga,” pungkasnya.