JAKARTA - Gedung Putih sedang berusaha keras untuk mengajukan proposal baru untuk gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera oleh Hamas dalam beberapa hari mendatang, kata dua pejabat Amerika Serikat, dua sumber keamanan Mesir dan seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut.
Proposal baru tersebut bertujuan untuk menyelesaikan poin-poin penting di balik kebuntuan selama berbulan-bulan dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar dan Mesir yang mengupayakan gencatan senjata dalam konflik antara Israel dan Hamas, kata pejabat AS.
Sebagian besar kesepakatan telah disetujui, seorang pejabat senior pemerintahan Presiden Joe Biden secara terpisah mengatakan kepada wartawan pada Hari Rabu, tetapi para negosiator masih berusaha untuk menyelesaikan solusi untuk dua kendala utama.
Itu adalah permintaan Israel untuk mempertahankan pasukannya di koridor Philadelphia, zona penyangga di Gaza selatan di perbatasan dengan Mesir, dan individu-individu tertentu yang akan dimasukkan dalam pertukaran sandera Hamas dan tahanan Palestina di Israel, kata pejabat pemerintah, yang menolak untuk diidentifikasi.
Pejabat AS pertama mengatakan rancangan perjanjian baru dapat dibuat minggu depan atau bahkan lebih cepat.
"Perasaan saya, waktunya sudah habis. Jangan kaget jika Anda melihat (rancangan yang direvisi) akhir pekan ini," kata pejabat itu, melansir Reuters 5 September.
Pejabat pemerintah mengatakan, pembunuhan enam sandera oleh Hamas, yang jenazahnya dikembalikan ke Israel selama akhir pekan, mempersulit upaya tersebut.
"Kita semua merasakan urgensinya," kata pejabat pemerintah itu.
Direktur CIA William Burns, kepala negosiator AS, memimpin kelompok kecil pejabat senior AS yang mengerjakan rancangan tersebut yang meliputi koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, kata pejabat AS pertama.
Kedua pejabat AS itu mengatakan rencana yang direvisi itu tidak akan menjadi tawaran akhir yang bisa diterima atau ditinggalkan, bahwa Washington akan terus berupaya mencapai gencatan senjata jika rencana itu gagal.
Pada Hari Selasa, lima negara Arab, termasuk negara kuat regional Arab Saudi serta Otoritas Palestina bergabung dengan Mesir, menolak permintaan Israel untuk tetap menempatkan pasukannya di koridor Philadelphia. Pada Hari Rabu, Turki mengeluarkan pernyataan serupa.
Bagian dari perjanjian tiga fase yang telah diterima oleh kedua belah pihak mengharuskan Israel untuk menarik diri dari semua wilayah padat penduduk di Gaza pada fase pertama kesepakatan. Pejabat senior pemerintah mengatakan, perselisihan saat ini adalah apakah koridor tersebut memenuhi syarat sebagai wilayah padat penduduk.
"Jadi, yang kami bicarakan di sini benar-benar tentang Fase Satu, tentang seperti apa konfigurasi itu nantinya," pejabat itu menambahkan.
Kelompok AS sedang mempertimbangkan area koridor Philadelphia tempat pasukan Israel harus ditarik dan area tempat mereka dapat tinggal, kata pejabat AS pertama.
Sebelumnya, dalam pembicaraan di Qatar pada Hari Senin, delegasi Israel yang dipimpin oleh Kepala Mossad David Barnea mengatakan kepada mediator, Israel bersedia menarik pasukannya dari koridor tersebut setelah fase pertama gencatan senjata selama 42 hari, kata pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Namun, beberapa jam kemudian Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggelar konferensi pers di Yerusalem, bersikeras agar Israel tetap mengendalikan koridor Philadelphia, komentar yang menurut pejabat itu disampaikan setelah delegasi kembali.
PM Netanyahu pada Hari Rabu mengulangi penolakannya secara langsung atas penarikan diri dari koridor tersebut pada tahap pertama kesepakatan. Israel hanya akan menyetujui gencatan senjata permanen setelah itu, jika ada jaminan koridor tersebut tidak akan pernah digunakan sebagai rute penyelundupan senjata dan perbekalan ke Gaza untuk Hamas.
BACA JUGA:
"Hal ini menempatkan pihak-pihak yang menengahi dalam posisi yang sulit. Jika Israel tetap berada di koridor Philadelphia, baik Mesir maupun Hamas tidak akan menyetujui perjanjian apa pun," kata pejabat yang mengetahui masalah tersebut.
Kantor PM Netanyahu menolak berkomentar.
Diketahui, Israel merebut kendali Koridor Philadelphia pada Bulan Mei, dengan mengatakan itu digunakan oleh Hamas untuk menyelundupkan senjata dan melarang material masuk ke terowongannya ke Gaza.
Mesir mengatakan bahwa terowongan yang digunakan untuk penyelundupan ke Gaza telah ditutup atau dihancurkan, keberadaan Palestina di Rafah harus dipulihkan, dengan zona penyangga koridor Philadelphia dijamin oleh perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979.