Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menginginkan Partai Demokrat dan Partai Republik bekerja sama menghasilkan undang-undang mengenai senjata yang masuk akal, usai penembakan di sekolah kembali terjadi di negara itu Hari Rabu waktu setempat.

Prihatin dan turut berduka atas peristiwa yang terjadi, Presiden Biden dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih mengatakan, mengakhiri epidemi kekerasan bersenjata adalah hal yang sangat penting baginya.

"Itulah sebabnya saya menandatangani Undang-Undang Komunitas Aman Bipartisan dan telah mengumumkan lusinan tindakan eksekutif keselamatan senjata. Saya juga mendirikan Kantor Pencegahan Kekerasan Senjata pertama di Gedung Putih, yang diawasi oleh Wakil Presiden Harris. Kami telah membuat kemajuan yang signifikan, tetapi krisis ini membutuhkan lebih banyak lagi," kata Presiden Biden dalam pernyataan yang diunggah Gedung Putih, seperti dikutip 5 September.

Dalam pernyataan itu, Presiden Biden juga meminta agar Partai Demokrat dan Partai Republik dapat bekerja sama untuk menghasilkan undang-undang yang berarti.

"Setelah puluhan tahun tidak bertindak, Partai Republik di Kongres akhirnya harus berkata 'cukup sudah' dan bekerja sama dengan Partai Demokrat untuk meloloskan undang-undang keselamatan senjata yang masuk akal," serunya.

"Kita harus melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi sekali lagi, mewajibkan penyimpanan senjata api yang aman, memberlakukan pemeriksaan latar belakang universal, dan mengakhiri kekebalan hukum bagi produsen senjata. Langkah-langkah ini tidak akan mengembalikan mereka yang tewas secara tragis hari ini, tetapi akan membantu mencegah kekerasan senjata yang lebih tragis agar tidak menghancurkan lebih banyak keluarga," urainya.

Dua guru dan dua siswa tewas dalam penembakan oleh seorang siswa berusia 14 tahun di SMA Apalachee, Winder, Georgia, Amerika Serikat pada Hari Rabu. Penembakan tersebut juga melukai sembilan orang lainnya, dikutip dari Reuters.

Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Colt Gray (14) yanga siswa di sekolah tersebut, ditahan dan akan didakwa dan diadili sebagai orang dewasa, kata Chris Hosey, direktur Biro Investigasi Georgia.

Tersangka berbicara dengan penyidik, tetapi mereka menolak untuk mengatakan apakah mereka tahu apa yang memotivasinya. Mereka juga tidak mengatakan jenis senjata apa yang digunakan dalam penembakan tersebut.

"Apa yang kita lihat di belakang kita adalah hal yang jahat hari ini," kata Sheriff Jud Smith dalam konferensi pers singkat di halaman sekolah.

Sherif Smith mengatakan, deputinya dengan cepat menanggapi penembakan tersebut setelah kantor sheriff mendapat kabar tentang seorang penembak aktif sekitar pukul 10:20 pagi waktu setempat.

Siswa bersenjata itu dihadang oleh seorang deputi di sekolah dan anak laki-laki itu langsung tiarap dan menyerah, kata Sherif Smith, mengungkapkan tersangka dipersenjatai dengan "senjata platform AR," atau senapan semi otomatis.

Tersangka, yang telah diwawancarai oleh penegak hukum tahun lalu atas ancaman daring tentang penembakan di sekolah, ditahan tak lama setelah penembakan di Sekolah Menengah Apalachee di Winder, Georgia, kata penyidik.

Belakangan, Biro Investigasi Federal (FBI) mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan, mereka telah menyelidiki ancaman daring untuk melakukan penembakan di sekolah pada tahun 2023, dengan penegak hukum setempat mewawancarai seorang subjek berusia 13 tahun dan ayahnya di Jackson County di dekatnya. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan identitas remaja tersebut, tetapi pejabat Georgia mengatakan pernyataan tersebut terkait dengan orang yang ditahan.

"Ayahnya menyatakan bahwa ia memiliki senjata berburu di rumah, tetapi orang tersebut tidak memiliki akses tanpa pengawasan terhadap senjata tersebut. Orang tersebut menyangkal telah membuat ancaman secara daring. Jackson County memberi tahu sekolah-sekolah setempat untuk terus memantau orang tersebut," kata FBI, seraya menambahkan tidak ada alasan yang cukup untuk melakukan penangkapan ketika itu.