Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden prihatin dengan penembakan di SMA Georgia yang menewaskan empat orang, prihatin dengan siswa yang harus belajar merunduk dan berlindung, bukannya membaca dan menulis.

Dua guru dan dua siswa tewas dalam penembakan oleh seorang siswa berusia 14 tahun di SMA Apalachee, Winder, Georgia, Amerika Serikat pada Hari Rabu. Penembakan tersebut juga melukai sembilan orang lainnya.

"Jill dan saya berduka atas kematian mereka yang hidupnya berakhir karena kekerasan senjata yang tidak masuk akal dan memikirkan semua korban yang hidupnya berubah selamanya," kata Presiden Biden dalam pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, seperti dikutip 5 September.

Presiden Biden mengatakan, tahun ajaran baru yang harusnya menyenangkan di Winder, Georgia, berubah menjadi pengingat mengerikan tentang kekerasan bersenjata yang memecah belah masyarakat.

"Siswa di seluruh negeri belajar cara merunduk dan berlindung alih-alih cara membaca dan menulis. Kita tidak bisa terus menerima ini sebagai hal yang normal," tegasnya.

Presiden Biden menambahkan, pihaknya berkoordinasi erat dengan pejabat di tingkat federal, negara bagian dan lokal, berterima kasih kepada responden pertama yang menahan tersangka dan mencegah hilangnya nyawa lebih lanjut.

Tersangka, yang diidentifikasi sebagai Colt Gray (14) yanga siswa di sekolah tersebut, ditahan dan akan didakwa dan diadili sebagai orang dewasa, kata Chris Hosey, direktur Biro Investigasi Georgia, dikutip dari Reuters.

Tersangka berbicara dengan penyidik, tetapi mereka menolak untuk mengatakan apakah mereka tahu apa yang memotivasinya. Mereka juga tidak mengatakan jenis senjata apa yang digunakan dalam penembakan tersebut.

"Apa yang kita lihat di belakang kita adalah hal yang jahat hari ini," kata Sheriff Jud Smith dalam konferensi pers singkat di halaman sekolah.

Smith mengatakan, deputinya dengan cepat menanggapi penembakan tersebut setelah kantor sheriff mendapat kabar tentang seorang penembak aktif sekitar pukul 10:20 pagi waktu setempat.

Siswa bersenjata itu dihadang oleh seorang deputi di sekolah dan anak laki-laki itu langsung tiarap dan menyerah, kata Smith.

Penembakan itu merupakan "serangan terencana" pertama di sebuah sekolah pada musim gugur ini, kata David Riedman, yang mengelola Basis Data Penembakan Sekolah K-12. Siswa Apalachee kembali ke sekolah bulan lalu; banyak siswa lain di AS kembali ke sekolah minggu ini.

Diketahui, AS telah menyaksikan ratusan penembakan di dalam sekolah dan perguruan tinggi dalam dua dekade terakhir, dengan yang paling mematikan mengakibatkan lebih dari 30 kematian di Virginia Tech pada tahun 2007.

Tragedi itu telah mengintensifkan perdebatan sengit mengenai undang-undang senjata dan Amandemen Kedua Konstitusi AS, yang mengabadikan hak "untuk memiliki dan membawa senjata."