Bagikan:

JAKARTA - Dubai Sustainable City, kawasan ramah lingkungan dan hemat energi di Dubai, Uni Emirat Arab meluncurkan program percontohan robot pengantar yang menjanjikan waktu tunggu di bawah 30 menit bulan lalu.

Ada tiga robot pengantar sesuai permintaan yang otonom akan memulai uji cobanya di dalam komunitas, menyediakan layanan pengantaran dari semua restoran dan toko di dalam area plaza kepada warga.

Program ini, yang diluncurkan bekerja sama dengan Dubai Future Labs dan Lyve Global, bertujuan untuk meningkatkan keselamatan, kebersihan, dan efisiensi biaya sekaligus mengurangi kemacetan, emisi karbon dan waktu tunggu, lapor kantor berita negara WAM, dilansir dari The National 20 Agustus.

Robot-robot ini akan menavigasi trotoar dengan aman dan mandiri, menemukan stasiun pengisian daya saat dibutuhkan dan menghilangkan perlunya campur tangan manusia.

Ini bukan inisiatif pertama di emirat tersebut. Tahun lalu, setelah uji coba yang sukses selama Expo2020, tujuh robot "talabot" diluncurkan di Dubai Silicon Oasis untuk melayani sekitar 300 rumah.

Proyek ini merupakan bagian dari program percontohan tiga bulan oleh perusahaan pemesanan makanan daring Talabat, Otoritas Jalan dan Transportasi Dubai dan Otoritas Zona Ekonomi Terpadu Dubai untuk meningkatkan opsi layanan pengiriman.

Belanja bahan makanan, makanan cepat saji, dan belanja daring merupakan opsi yang layak untuk menggunakan transportasi otomatis dan membantu mengurangi emisi untuk pengiriman jarak dekat.

Namun secara global, gambarannya sedikit berbeda. Amazon menghentikan uji coba robot pengiriman ke rumah pada Oktober 2022 di tengah melambatnya pertumbuhan penjualan.

Perusahaan e-commerce tersebut tampaknya berinvestasi dalam pengiriman menggunakan drone, dengan Prime Air, berharap untuk meluncurkan layanan tersebut di negara bagian ketiga AS sambil memperluas layanannya di Italia dan Inggris pada akhir tahun 2024.

Diketahui, penggunaan robot di restoran dan toko ritel juga semakin populer.

Analis di Statista, perusahaan Jerman yang mengkhususkan diri dalam data pasar dan konsumen, memperkirakan pengeluaran untuk robotika diperkirakan akan melonjak hingga 210 miliar dolar AS pada tahun 2025 karena semakin banyak negara berinvestasi dalam mesin otonom.