Bagikan:

JAKARTA - Paetongtarn Shinawatra terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) baru Thailand. Ia mendapat suara mayoritas parlemen pada Jumat 16 Agustus.

Reuters dalam laporannya menyebutkan, Paetongtarn meraup 319 suara dukungan dari anggota parlemen Thailand, sementara 145 lainnya memilih berseberangan.

Dengan perolehan nyaris dua pertiga suara dari 493 total anggota parlemen, Paetongtarn akhirnya terpilih menjadi PM termuda Thailand.

Baru berusia 37 tahun, Paetongtarn dipercaya menggantikan Srettha Thavisin yang melanggar etik dipecat Mahkamah Konstitusi (MK).

Dunia politik merupakan hal yang baru bagi Paetongtarn, ia tercatat belum pernah mengemban jabatan publik selama ini.

Namun karier politiknya moncer di pertengahan 2024 mampu mengembalikan takhta PM kepada seorang perempuan. Sebelum Paetongtarn, PM Thailand dari kaum perempuan pernah dijabat tantenya, Yingluck pada 2011.

Selain sang tante, ayah Paetongtarn, Thaksin Shinawatra, dan pamannya, Somchai Wongsawat juga pernah menjabat menjadi PM Thailand.

Ayahnya hingga kini tetap menjadi sosok berpengaruh dalam perpolitikan di Thailand meski kekuasaannya runtuh dalam kudeta pada 2006.

Nasib sama juga dialami Yingluck dilengserkan dalam kudeta pada 2014.

Sedangkan Somchai, dipaksa meletakan jabatan PM yang diemban sejak 2008. Ia juga dilarang berpolitik pascaputusan MK terbukti melanggar etik berat.

Kehidupan Awal

Lahir di Bangkok pada 21 Agustus 1986, Paetongtarn adalah putri dari mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra.

Dipanggil dengan nama panggilan Ung Ing di kalangan masyarakat Thailand, ia adalah anggota ketiga dari keluarga Shinawatra yang berpengaruh yang menjabat sebagai perdana menteri Thailand.

Dilansir ANTARA, Jumat, 16 Agustus, sebagai yang termuda di antara saudara-saudaranya, ia adalah keponakan dari Yingluck Shinawatra, yang menjadi perdana menteri antara tahun 2011 dan 2014, sebelum ia diberhentikan oleh Mahkamah Konstitusi Thailand.

Mereka adalah dua wanita pertama yang pernah memegang posisi tertinggi di Thailand.

Seorang pengusaha, Paetongtarn mengenyam pendidikan awal di Saint Joseph Convent dan Mater Dei School sebelum meraih gelar sarjana di bidang Ilmu Politik, Sosiologi, dan Antropologi dari Fakultas Ilmu Politik, Universitas Chulalongkorn pada tahun 2008.

Kemudian, ia meraih gelar MSc dalam Manajemen Hotel Internasional dari University of Surrey, Inggris.

Ia menikah dengan Pitaka Suksawat pada tahun 2019 dengan salah satu dari dua resepsi diadakan di Bangkok, dan dari pernikahan itu perdana menteri memiliki dua anak, salah satunya perempuan.

Pitaka, seorang pilot komersial, dan Paetongtarn mengadakan resepsi megah lainnya di Hong Kong.

Kehidupan Politik

Dibesarkan dalam keluarga politik, Paetongtarn secara resmi terjun ke dunia politik untuk memimpin komite penasehat partisipasi, serta inovasi untuk Partai Pheu Thai pada 28 Oktober 2021.

Kemudian, ia ditunjuk sebagai ketua proyek Keluarga Pheu Thai pada 20 Maret 2022.

Selama pemilihan umum tahun lalu, Paetongtarn diajukan sebagai kandidat perdana menteri dari partai, kemudian diangkat sebagai wakil ketua Komite Strategi Soft Power Nasional dan akhirnya menjadi pemimpin partai pada bulan Oktober tahun lalu.

Ia sedang mengandung saat berkampanye untuk partai tersebut.

Perempuan politikus Thailand yang berpendidikan Inggris itu juga memiliki saham di beberapa bisnis keluarga, termasuk SC Asset Corporation.

Sementara bibi Paetongtarn, Yingluck, diberhentikan oleh Mahkamah Konstitusi Thailand pada tahun 2014, ayahnya Thaksin digulingkan dalam kudeta militer pada tahun 2006 saat ia berada di AS.

Thaksin yang sebelumnya berprofesi sebagai polisi, memenangkan dua pemilu di awal 2000-an dan menjadi taipan telekomunikasi di negara tersebut.

Seorang politikus dengan pemikiran sosial liberal, Paetongtarn telah menyatakan dukungannya untuk menulis ulang konstitusi negara di negara dengan mayoritas beragama Buddha itu dan menghapus wajib militer.

Paetongtarn menentang perubahan undang-undang lese majeste yang sensitif, yang menyebabkan pembubaran oposisi Partai Move Forward awal bulan ini.

Hukum tersebut melarang kritik terhadap monarki.

Namun, Paetongtarn mendukung langkah-langkah pengendalian narkoba dan kejahatan yang lebih ketat di negara yang terkenal menjadi tujuan wisata pantai yang menarik lebih dari 28 juta pengunjung tahun lalu.