JAKARTA - Aliansi pemerintah Thailand sepakat untuk mendukung pendatang baru di dunia politik berusia 37 tahun, Paetongtarn Shinawatra, sebagai calon perdana menteri, sehari menjelang pemungutan suara penting di parlemen.
Dilansir Reuters, Kamis, 14 Agustus, kesepakatan itu menyusul serangkaian perundingan di balik layar dalam 24 jam sejak pengadilan memberhentikan Srettha Thavisin sebagai perdana menteri.
Partai Pheu Thai bergegas mendapatkan dukungan dari aliansi 11 partainya dalam upaya membentuk pemerintahan berikutnya.
Paetongtarn adalah putri tokoh politikus Thaksin Shinawatra dan keponakan Yingluck Shinawatra. Keduanya mantan perdana menteri yang melarikan diri ke pengasingan setelah kudeta militer terhadap pemerintah mereka.
Pemecatan Srettha oleh Mahkamah Konstitusi pada Rabu, 13 Agustus, merupakan pukulan telak terbaru bagi Pheu Thai, tokoh populis dari keluarga miliarder Shinawatra yang telah berselisih selama dua dekade dengan kelompok berpengaruh di Thailand dan militer royalis.
BACA JUGA:
Jika berhasil dalam pemilu Jumat, 16 Agustus, Paetongtarn akan terpilih sebagai perdana menteri wanita kedua Thailand dan trah ketiga yang memegang jabatan tertinggi.
“Kami yakin bahwa di bawah kepemimpinannya, kami semua akan mendukungnya dan siap melaksanakan kebijakannya sejak dia menjabat,” Anutin Charnvirakul, pemimpin Partai Bhumjaithai.
Sebelumnya, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin merespons putusan pengadilan konstitusional alias Mahkamah Konstitusi yang memecat dirinya karena melanggar etika dengan menunjuk seorang menteri yang pernah hukuman penjara alias narapidana.
"Saya sedih meninggalkan jabatan saya sebagai perdana menteri yang dianggap tidak etis," kata Srettha di Government House dilansir Reuters, Rabu, 14 Agustus.
"Saya melaksanakan tugas saya dengan integritas dan kejujuran,” imbuhnya.