JAKARTA - Kapal-kapal di Terusan Suez, Mesir dialihkan ke saluran yang lebih tua pada Hari Rabu 24 Maret, setelah kapal kontainer besar kandas, menghalangi kapal-kapal yang melewati salah satu jalur air terpenting di dunia.
Kapal dimaksud adalah Ever Given, salah satu kapal kontainer terbesar di dunia dengan bobot sekitar 224 ton, panjang 400 m (1.312 kaki) lebar 59 m (193 kaki) dan mampu membawa kontainer pengiriman hingga 20.000 setara 20 kaki (TEU), kandas sekitar pukul 05.40 GMT.
Otoritas Terusan Suez (SCA) terus mencoba menyeimbangkan kembali kapal, dan sumber-sumber lokal mengatakan upaya dapat bergeser ke arah penggalian kapal jika kapal tunda tidak dapat melepaskannya.
Kepala SCA Osama Rabie mengatakan kepada media lokal, ada penyumbatan, konvoi ke arah selatan sedang bergerak dan bahwa pihak berwenang berusaha untuk menjaga lalu lintas mengalir di antara ruang tunggu sebaik mungkin sementara upaya penyelamatan terus berlanjut.
“Setelah kita mengeluarkan perahu ini, hanya itu, semuanya akan kembali normal. Insya Allah kita selesai hari ini. Otoritas sedang mempertimbangkan kompensasi untuk kapal yang tertunda, katanya.
Perusahaan jasa kelautan Belanda Boskalis mengatakan, anak perusahaannya Smit Salvage telah dipekerjakan untuk membantu operasi tersebut dan mengirim 10 orang ke Mesir.
"Dalam kasus seperti itu, Anda benar-benar harus melakukan kalkulasi untuk memahami seberapa kuat dia membumi, dan seberapa besar tenaga yang dapat Anda gunakan tanpa merusak kapal," kata juru bicara Boskalis Martijn Schuttevaer kepada Reuters.
Akibat peristiwa ini, sekitar 30 kapal tertahan di utara Ever Given dan tiga kapal di sisi selatan. Sementara, belasan kapal lainnya juga menunggu di sisi utara dan selatan pintu masuk Terusan Suez. Sejumlah kapal tanker juga diketahui terdampak dari peristiwa ini.
Hingga Rabu, lima kapal tanker gas alam cair (LNG) bermuatan tidak dapat melewati Terusan Suez, menurut perusahaan intelijen data Kpler. Analis Kpler Rebecca Chia mengungkapkan, tiga kapal menuju Asia sementara dua lainnya ke Eropa. Dia mengatakan, jika kemacetan masih berlanjut hingga akhir pekan ini, akan berdampak pada transit 15 kapal tanker LNG.
Selama tahun 2020, hampir 19.000 kapal, atau rata-rata 51,5 per hari, melewati kanal tersebut, menurut SCA. Perusahaan analisis minyak Vortexa mengatakan, sepuluh tanker yang membawa 13 juta barel minyak mentah dapat terpengaruh. Harga minyak naik lebih dari 2%.
Jika Ever Given tetap tertahan hingga 48 jam, menurut Wakil Presiden Produk dan Operasi di Sea-Intelligence yang berbasis di Denmark Niels Madsen, dampaknya akan terbatas pada penundaan kapal yang sudah sangat buruk secara bertahap
"Namun, jika di sisi lain Terusan Suez tetap diblokir selama 3-5 hari lagi, maka ini akan mulai menimbulkan konsekuensi global yang sangat serius," ungkapnya.
Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM) yang bertanggung jawab atas awak dan masalah teknis kapal mengungkapkan, pihaknya langsung melakukan penyelidikan. Semua awak kapal disebut aman, tidak ada laporan cidera
BSM yang menangani awak kapal dan masalah teknis mengatakan semua awak kapal aman dan dipertanggungjawabkan dan tidak ada laporan cedera atau polusi. BSM telah memberi tahu pihak berwenang dan 'pihak yang berkepentingan'
"Semua pihak saat ini sedang menyelidiki penyebab peristiwa ini dan tidak tepat untuk berspekulasi tentang penyebab tertentu saat ini," kata BSM melalui email kepada Reuters.
Terpisah, sumber menyebutkan kecelakaan itu terjadi karena cuaca buruk. Operasi untuk mengapungkan dan membebaskan kapal dimulai pada Rabu pagi dengan mengerahkan delapan tug boat untuk membebaskan kapal dari Terusan Suez.
Evergreen Marine Corp Taiwan, yang menyewakan kapal di bawah time charter, mengatakan, pemilik kapal telah memberi tahu perusahaan bahwa kapal itu dicurigai terkena angin kencang yang tiba-tiba, menyebabkan lambung kapal menyimpang dari jalur air dan secara tidak sengaja menabrak dasar dan kandas.
BACA JUGA:
Pemilik kapal, perusahaan Jepang Shoei Kisen KK, dan penjaminnya dapat menghadapi klaim dari Otoritas Terusan Suez (SCA) atas hilangnya pendapatan dan dari kapal lain yang jalurnya telah terganggu, kata perusahaan asuransi dan pialang. Shoei Kisen tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Kapal kontainer sebesar ini kemungkinan besar diasuransikan untuk kerusakan lambung dan mesin sebesar 100 - 140 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp2.022.090.000.000, kata sumber asuransi. Sementara, sumber lain menyebut kapal itu diasuransikan di pasar Jepang, kata dua sumber.
Biaya operasi penyelamatan juga ditanggung oleh perusahaan asuransi lambung dan mesin.
"Ini berpotensi menjadi bencana kapal kontainer terbesar di dunia tanpa ada kapal yang meledak," kata seorang pengacara perkapalan, yang menolak disebutkan namanya.