Pembangunan Bendungan Tinggi Aswan di Mesir yang Memicu Konflik Terusan Suez
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasir sedang memantau pembangunan Bendungan Tinggi Aswan (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Segudang manfaat Bendungan Tinggi Aswan yang berada di Sungai Nil, Mesir setimpal dengan ongkos besar yang perlu dikeluarkan. Untuk mendanai proyek tersebut Mesir rela gontok-gontokan dengan Inggris, Perancis dan Israel karena memajaki Terusan Suez.   

Bendungan yang terletak di Aswan, 500 mil selatan Kairo, ini sebetulnya sudah ada sejak 1902 menurut catatan History. Namun bangunannya masih belum cukup tinggi. Kegunaannya pun baru sebatas sistem irigasi kuno. 

Pada 1950-an pemimpin Mesir Galam Abdul Nasir yang sedang memutar otak untuk mengatasi masalah banjir mencetuskan ide untuk membangun Bendungan Tinggi Aswan. Nasir berpikir selain dapat mengatasi banjir, bendungan juga bisa sekaligus mengalirkan listrik ke banyak penduduk Mesir.

Pemicu konflik Terusan Suez

Setidaknya perlu uang 1 miliar dolar AS untuk memulai mimpi Nasir. Pertanyaannya darimana mencari uang sebanyak itu?

Untuk menjalankan mega proyek ini, Mesir awalnya mendapat sokongan dana dari Amerika Serikat dan Inggris. Tapi pada Juli 1956, mereka membatalkannya karena mengetahui ada perjanjian senjata rahasia antara Mesir dengan Uni Soviet. 

Nasir tak hilang akal. Ia lantas menasionalisasi Kanal Suez milik Inggris dan Perancis. Ia bermaksud untuk mematok tarif bagi kapal yang lewat di sana. Uang yang ia dapatkan dari sana akan digunakan untuk membiayai mega proyek tersebut.

Namun tindakan ini memicu krisis di Terusan Suez. Hal ini membuat Inggris, Perancis dan Israel menyerang Mesir dalam operasi militer bersama. 

Ketiga negara tersebut berhasil menduduki Terusan Suez. Namun Soviet, AS dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memaksa ketiga negara itu untuk mundur dari sana. Akhirnya pada 1957 Terusan Suez jatuh ke pelukan Mesir. 

Upaya Nasir tak sia-sia, dana pinjaman dari Soviet dan "pajak" dari Terusan Suez akhirnya cukup untuk memulai mega proyek bendungan tinggi Aswan pada 1960. Sekitar 57 juta meter kubik tanah dan batu digunakan untuk pembangunan. Material sebanyak itu kira-kira setara dengan 16 kali massa Piramida Besar di Giza. 

Setelah 11 tahun pembangunan, Bendungan Aswan di Sungai Nil Mesir rampung pada 21 Juli, tepat hari ini setengah abad lalu atau pada 1970. Sayangnya, Presiden Nasir keburu wafat karena serangan jantung pada September 1970. 

Ia tak sempat meresmikan bendungan yang ia cita-citakan tersebut. Namun untuk menghargai jasanya, danau sepanjang 300 mil dengan lebar 10 mil yang terbuat berkat bendungan dinamai Danau Nasir. 

Bendungan Tinggi Aswan (Sumber: Wikimedia Commons)

Manfaat dan mudarat

Bendungan Tinggi Aswan yang telah berdiri megah, sanggup menahan banjir Nil, mereklamasi lebih dari 100.000 hektar tanah untuk ditanami, dan memungkinkan penambahan panen di sekitar 800.000 hektar tanah lainnya. Selain itu, dengan dipasangi 12 turbin raksasa dari Soviet, bendungan dapat menghasilkan listrik sebanyak 2,1 gigawatt. 

Saat pertama kali jadi, bendungan ini menghasilkan sekitar setengah dari produksi tenaga listrik Mesir. Dan itu memberi sebagian besar desa-desa Mesir penggunaan listrik untuk pertama kalinya. 

Terlepas dari keberhasilannya, Bendungan Tinggi Aswan juga tak lepas dari efek negatif. Misalnya saja penurunan tingkat kesuburan tanah pertanian di sekitar Sungai Nil. 

Kerugian lain bagi manusia adalah penyebaran penyakit schistosomiasis oleh siput yang hidup dalam sistem irigasi yang diciptakan oleh bendungan. Selain itu, pengurangan nutrisi air yang mengalir ke laut Mediterania juga diduga menjadi penyebab penurunan populasi ikan teri di sana. 

Bendungan Tinggi Aswan (Sumber: Wikimedia Commons)