Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperingatkan, Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mungkin akan membuat Lebanon "membayar harga yang sangat mahal", saat berbicara dengan prajurit dalam sebuah latihan simulasi perang.

"Seperti yang terjadi saat ini, Nasrallah dapat menyeret Lebanon untuk membayar harga yang sangat mahal," katanya melansir The Times of Israel 7 Agustus.

"Mereka bahkan tidak bisa membayangkan apa yang mungkin terjadi," katanya saat menemui pasukan Brigade Pasukan Penerjun Payung Cadangan ke-646.

"Ini juga dapat memburuk menjadi perang. Ini bukan teori, ini nyata," tambahnya.

Sebelumnya, Hassan Nasrallah memastikan Israel akan menanggapi pembunuhan komandan seniornya Fuad Shukr dalam serangan di Beirut, Lebanon, pekan lalu, apa pun konsekuensinya, mengatakan kelompoknya akan bertindak sendiri atau dengan sekutu regional.

Menekankan Hizbullah akan menunggu saat yang tepat untuk menanggapi, tetapi tidak mengisyaratkan bentuk atau waktunya, Nasrallah mengatakan semua upaya internasional untuk membujuk Hizbullah agar tidak membalas adalah sia-sia.

"Apa pun konsekuensinya, perlawanan tidak akan membiarkan serangan Israel ini berlalu begitu saja," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menandai sepekan pembunuhan Shukr, melansir Reuters.

"Tanggapan kami, Insya Allah, akan kuat, efektif, dan berdampak," katanya dalam pidato yang disambut sorak-sorai dari anggota dan pendukung Hizbullah yang berkumpul untuk menonton di pinggiran selatan Beirut.

Ia mengatakan tanggapan terhadap pembunuhan tokoh-tokoh penting Hizbullah dan Hamas akan lebih tegas. Tetapi, menundanya adalah bagian dari strategi untuk memberikan tekanan psikologis pada Israel.

"Iran akan membalas dan Hizbullah akan membalas, sementara musuh menunggu. Membuat musuh menunggu adalah bagian dari hukuman," katanya.

Diketahui, kekhawatiran ketegangan di Timur Tengah berubah menjadi perang besar-besaran, menyusul sumpah Hizbullah untuk membalas pembunuhan Shukr, serta kemarahan Iran atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu.