Bagikan:

JAKARTA - Bukan lagi China, Lembaga Kesehatan Dunia WHO memprediksi Amerika Serikat (AS) akan menjadi pusat penyebaran pandemi COVID-19 selanjutnya. Padahal sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat jemawa bahwa negaranya bukan didesain untuk menjadi tempat persebaran virus. Ia bahkan melabeli virus corona dengan sebutan "virus china" karena dari sana virus itu berasal. 

WHO mengatakan jumlah kasus meningkat dengan signifikan di AS bahkan ketika Donald Trump berbicara akan membuka kembali pintu bisnis negara itu. 

"Kami sekarang melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus COVID-19 di AS. Jadi memang ada potensi (untuk menjadi pusat pandemi)," kata Juru Bicara WHO Margaret Harris dikutip The Guardian.

Sampai berita ini ditulis, AS menjadi negara kedua terbanyak kasus COVID-19 di luar China setelah Italia. Tercatat ada 55.222 kasus di sana dengan jumlah kematian sebanyak 797 sementara yang sembuh ada 354 orang. Nomor itu bukan jumlah sebenarnya seperti diwartakan The Guardian. Jumlah kasusnya sebenarnya cenderung jauh lebih tinggi. 

Trump mengakui, sulitnya memperoleh persediaan perawatan kesehatan yang sangat penting untuk melindungi petugas medis yang merawat pasien. Lewat Tweetnya Trump misuh, "Pasar dunia untuk masker wajah dan ventilator gila-gilaan. Kami berupaya membantu negara bagian untuk mendapatkan peralatan, namun itu tidak mudah," kata Trump. 

Sementara itu pada Senin kemarin, Trump sempat menganggap remeh krisis kasus COVID-19 di negaranya sementara banyak gubernur-gubernur AS yang mulai mendesak orang untuk tinggal di rumah.

Presiden Trump malah jemawa dan bilang ia sedang mempertimbangkan cara untuk memulai kembali ekonomi dalam beberapa minggu mendatang. Dia ingin menghindari pandemi agar tak menjadi masalah "keuangan jangka panjang."

"Negara kita tidak dibangun untuk shut down," kata Trump. "Amerika bukan negara yang dibangun untuk itu."

 

Sebelumnya, Presiden Trump pernah terlihat membuat pelabelan geografis terhadap virus corona baru ini. Dia tertangkap basah oleh juru foto Washington Post Jabin Botsford, telah mengganti kata "corona" sebelum kata virus dengan kata "Chinese". Hal itu sontak menuai reaksi publik.

Diberitakan CNN, hasil editan teks pidato Trump itu adalah bagian dari upaya Trump dan jajaran pemerintahannya untuk mengubah pemahaman publik tentang pandemi global bahwa China lah yang bertanggung jawab atas semua ini. 

Hal itu sempat membuat riuh lantaran sempat diduga ada upaya untuk mendorong sentimen xenofobia terhadap China atau pemerintah Trump berusaha agar tak disalahkan atas langkah-langkah pemerintahnya dalam berurusan dengan virus corona.