Bagikan:

JAKARTA - Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dilantik setelah memenangkan pemilu awal bulan ini dengan berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan dunia dan melonggarkan pembatasan kebebasan sosial di dalam negeri.

“Kami akan mengupayakan interaksi yang konstruktif dan efektif dengan dunia berdasarkan martabat, kebijaksanaan, dan kemanfaatan,” kata Pezeshkian dalam sidang parlemen yang dihadiri pejabat asing dan disiarkan langsung di televisi pemerintah dilansir Reuters, Selasa, 30 Juli.

Kemenangannya telah menghilangkan harapan akan mencairnya hubungan antagonistik Iran dengan Barat yang mungkin membuka peluang untuk meredakan ketegangan nuklir dengan negara-negara besar.

Namun Pezeshkian mulai menjabat pada saat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah terkait konflik Israel dengan Hamas di Gaza dan pertempuran lintas batas dengan sekutu Iran, Hizbullah, di Lebanon.

Iran yang mendukung kelompok-kelompok yang menggambarkan diri mereka sebagai “Poros Perlawanan” terhadap Israel dan pengaruh Amerika di Timur Tengah, menuduh Amerika mendukung apa yang mereka sebut sebagai kejahatan Israel di Gaza.

“Mereka yang memasok senjata yang membunuh anak-anak tidak bisa mengajarkan umat Islam tentang kemanusiaan,” kata Pezeshkian diiringi teriakan “Matilah Amerika” dan “Matilah Israel”.

Para pemimpin sekutu Iran di Palestina, Hamas dan Jihad Islam serta perwakilan senior gerakan Houthi yang didukung Teheran di Yaman dan Hizbullah di Lebanon menghadiri upacara tersebut.

Pezeshkian, yang diperkirakan akan mengumumkan kabinetnya dalam waktu dua minggu, menggantikan tokoh garis keras Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada Mei.

Sebagai otoritas tertinggi di Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memiliki keputusan akhir dalam semua urusan negara, termasuk kebijakan luar negeri dan nuklir.

Dia juga harus menyetujui pemilihan Pezeshkian untuk jabatan-jabatan penting di kabinet, seperti menteri luar negeri, perminyakan dan intelijen.

Selain meningkatnya tekanan dari Barat atas program nuklir Teheran yang berkembang pesat, Pezeshkian juga menghadapi tugas besar untuk membebaskan Iran dari sanksi AS yang melumpuhkan, yang diterapkan kembali setelah Washington membatalkan perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara besar pada tahun 2015.

Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menyelamatkan perjanjian nuklir dengan enam negara besar telah terhenti sejak tahun 2022, dengan kedua belah pihak saling menuduh tuntutan yang tidak masuk akal.

“Pemerintahan saya tidak akan pernah menyerah pada intimidasi dan tekanan… Tekanan dan sanksi tidak akan berhasil… dan rakyat Iran harus diajak bicara dengan hormat,” kata Pezeshkian.

Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menyelamatkan perjanjian nuklir dengan enam negara besar telah terhenti sejak tahun 2022, dengan kedua belah pihak saling menuduh tuntutan yang tidak masuk akal.

“Pemerintahan saya tidak akan pernah menyerah pada intimidasi dan tekanan. Tekanan dan sanksi tidak akan berhasil dan rakyat Iran harus diajak bicara dengan hormat,” kata Pezeshkian.